Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

62 Tahun Mbah Tarlan Jadi Penjahit di Pasar yang Kini akan Dijadikan Hotel, Pelanggan Turun Drastis

Inilah kisah Mbah Tarlan yang 62 tahun jadi penjahit. Kakek 73 tahun itu menjadi tukang jahit di sekitar Pasar Bogor, Kota Bogor.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
TribunBogor.com/Naufal Fauzy - Rahmat Hidayat
KISAH PENJAHIT - Kakek Tarlan (73) tukang jahit yang sudah puluhan tahun bekerja di kawasan Pasar Bogor, Kota Bogor, Selasa (11/11/2025) dan kondisi pasar beberapa waktu lalu yang sudah kosong dan akan segera dilakukan revitalisasi oleh PPJ Kota Bogor. 
Ringkasan Berita:

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah Mbah Tarlan yang 62 tahun jadi penjahit.

Kakek 73 tahun itu menjadi tukang jahit di sekitar Pasar Bogor, Kota Bogor.

Belakangan ini, ia mengaku mulai merasakan dampak akibat rencana revitalisasi Pasar Bogor.

Di mana rencananay, para pedagang di gedung Pasar Bogor sudah disuruh mengosongkan bangunan pasar dan pindah.

Alhasil, warga yang datang ke Pasar Bogor turun drastis setelah mengetahui Pasar Bogor kosong.

Baca juga: Revitalisasi Pasar Legi Blitar, Lantai 2 Akan Disulap Jadi Pasar Wisata, Rp 1 M Diusulkan di 2026

Tarlan yang menjadi penjahit di ruko dekat gedung Pasar Bogor ikut kena dampak karena suasana ramai kini berubah menjadi sepi.

"Ini saya tukang jahit jadi begini (terkena dampak)," kata Tarlan, Selasa (11/11/2025).

Apalagi ada kabar rencana gadung Pasar Bogor bakal dijadikan hotel.

Warga sekitar pasar yang membuka ruko pun khawatir gang tempat mereka membuka usaha bakal berubah menjadi gang biasa tanpa aktivitas ekonomi di kemudian hari.

"Iya kedampak kita, jadi sepi, udah dari tanggal 27 (Oktober 2025) kemarin ini," kata Tarlan, melansir dari TribunBogor.

Lokasi Tarlan menjahit berupa teras salah satu ruko di pinggir Gedung Pasar Bogor.

Tarlan mengatakan bahwa jika dia pindah ke ruko di gedung pasar lain, dia harus mengeluarkan modal besar.

Sehingga terpaksa dia terus membuka jasa jahitnya di sekitar Pasar Bogor meski kini mulai sepi pengunjung.

Tarlan terpantau sementara ini masih menerima beberapa pelanggan meski tak seramai dulu, namun tetap ada kekhawatiran usahanya semakin sepi di kemudian hari.

62 Tahun Bekerja

Tarlan mengatakan bahwa dia sudah menjadi penjahit di Pasar Bogor selama sekitar 62 tahun.

Tarlan termasuk penjahit yang cukup dikenal warga sekitar dan pelanggannya karena usaha jasanya itu sudah turun temurun.

Usaha jahitnya ini merupakan usaha yang dilanjutkan dari orang tuanya.

"Tahun 60-an Pasar Bogor itu masih agak sepi," kata Tarlan.

"Rame-ramenya itu tahun 1972 - 1973," sambungnya.

Soal Pasar Bogor yang dibongkar, kata dia, juga bukan kali pertama.

Seingat dia, Pasar Bogor pernah dibongkar dan dibangun ulang dua kali.

Pertama kali dibongkar, seingatnya saat Tarlan masih kelas 1 SMA.

"Ini udah dua kali dibongkar ini, pertama mungkin tahun 1969 selesai 1971, terus diisi, Tahun 1989 dibongkar terus 1993 diisi sampai sekarang," kata Tarlan.

Ketua RT setempat, Dahlia, menambahkan bahwa dari cerita kakeknya, Pasar Bogor sudah ada sejak lama, diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda.

Dari cerita yang dia dengar, sebelum berbentuk bangunan gedung, di tengah Pasar Bogor dulu ada taman dan banyak pedagang di sekitarnya.

Delman yang ditarik kuda berlalu lalang setiap hari mewarnai keramaian pasar kala itu.

"Pernah dengar katanya dulu di sini ada taman, terus muter-muter banyak delman dulu mah ceritanya," katanya.

Kini situasi keramaian di kawasan Pasar Bogor menjadi mulai sepi setelah gedung pasar dikosongkan.

Dia juga mendengar keluhan warganya yang tinggal dan membuka toko di sekitar pasar.

"Ini kan dari dulunya udah pasar, mau diganti dibikin hotel saya denger, dari ujung ke depan ditembok dua meter. Kita jadi warga gang punten (gang perlintasan biasa) kalau gitu," ucapnya tertawa.

Kisah Lain

Di antara keriuhan lalu lalang kendaraan bermotor serta cakap-cakap para penunggu bus, tampak Munindra, seorang lansia yang berpeluh keringat sembari memikul dagangan mainannya di depan halte Jalan Darmo, Surabaya.

Pria 63 tahun itu berencana menjajakan dagangannya di sekitar SD Karah dan Ketintang.

Munindra selalu mengawali harinya di pukul 10.00 WIB, mengambil kulakan mainan di Pasar Atom Surabaya.

Lalu, sekitar pukul 11.00 WIB, dia mulai menyusuri sekolah sambil berharap agar dagangannya cepat laris.

Ia sudah malang melintang melakoni pekerjaan itu lebih dari 40 tahun.

Dari Surabaya hingga Bali sudah pernah disambanginya.

Munindra, pria asal Bojonegoro itu memulai ceritanya pada tahun 1969 ketika dia pertama kali merantau ke Surabaya.

“Waktu itu usia saya baru tujuh tahun, ikut orangtua ke Surabaya untuk jualan buah di Pasar Blauran,” ucap Munindra saat didatangi Kompas.com, Jumat (2/2/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Senin (5/5/2025).

Baca juga: Revitalisasi Alun-alun Lumajang Dikebut: Pedestrian Diperbaiki, Sediakan Fasilitas Air Siap Minum

Kurang lebih selama lima tahun, Munindra membantu kedua orangtuanya berdagang.

Namun, setelah lulus SD, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kondisi ekonomi yang semakin sulit.

Ketika menginjak umur 17 tahun, Munindra mulai mencari pekerjaan lain dengan menjadi penjual koran jalanan selama kurang lebih tiga tahun.

Karena tidak tahan, dia beralih pekerjaan menjadi pedagang pakaian di sekitaran Siola, Jalan Tunjungan, Surabaya.

Sejak saat itu, Munindra bertemu seorang teman yang mengajaknya untuk berdagang keliling ke kota-kota di Jawa Timur.

“Tahun itu saya masih jualan pakaian, masih belum jualan mainan,” ujarnya.

Mulai dari Surabaya, Nganjuk, Ngawi, Madiun, Tulungagung dia jajaki dari satu bazar ke bazar lain.

Setiap event, mulai dari pertunjukan wayang kulit, pameran, festival tak pernah dia absen untuk ikuti.

“Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa ada, akhirnya saya mulai buka jualan mainan sambil tetap jual pakaian,” ucap Munindra sembari mengenang perjalanan hidupnya. 

Baca juga: Revitalisasi Pasar Besar Malang Batal Dilaksanakan 2025, Alokasi Anggaran Dialihkan ke Diskopindag

Setiap beberapa minggu sekali, dia pulang ke Surabaya untuk berdagang di area pasar tradisional, seperti Pasar Keputran, Pasar Pandegiling, dan Pasar Pacuan Kuda.

Namun, perjalanan Munindra tak luput dari musibah yang beberapa kali menimpanya. Salah satunya, dagangannya pernah dicopet habis tak bersisa.

“Saat itu saya jualan mainan seperti biasa di pasar. Lalu, dagangan saya titipkan ke pedagang lain karena saya mau balik ke rumah, mau ambil dagangan kerudung yang ketinggalan.”

“Tapi, ternyata sewaktu kembali, sudah hilang dagangan (mainan) saya. Orang yang saya minta tolong titipkan itu juga bilangnya enggak tahu,” ungkap Munindra.

Hari itu, ia pulang tanpa membawa uang sepeser pun. Dia hanya bisa menangis dengan putus asa.

Di tengah kemuramannya, tiba-tiba dia mendapat tawaran dari teman jauh untuk mengikuti pameran di Bali.

“Saya awalnya menolak karena dagangan saya sudah hilang. Tapi, teman saya malah bilang ‘kamu jualkan barang saya saja, nanti hasilnya kita bagi dua’. Semua transportasi, makan, tempat tinggal dia yang nanggung,” ujarnya.

Akhirnya, pria kelahiran 1962 itu setuju untuk berangkat ke Bali yang ditempuh dengan jalur laut.

Tak disangka, barang yang dijualkan saat itu laris manis. Keuntungan yang didapat pun bahkan bisa membalikkan modalnya untuk membeli mainan yang baru.

“Memang rencana Allah itu enggak ada yang tahu. Selama kita mikir positif saja, pasti bakal dikasih hasil yang lebih baik,” ucapnya.

Kini, Munindra sudah tidak lagi berkelana ke kota-kota untuk berjualan.

Jika di hari biasa, dia hanya berjualan di sekitar pasar tradisional, kalau malam di area pasar malam Surabaya.

Ketika memasuki weekend, dia biasa menjajaki wilayah CFD di Surabaya mulai pukul 06.00 WIB, lalu berpindah ke area Kebun Binatang dari pukul 09.00 WIB.

“Sekarang sudah tua, tenaganya sudah enggak sekuat dulu. Jadi sekarang di Surabaya saja,” katanya. 

Atas hasil jerih payah di masa mudanya, Munindra mampu membelikan rumah untuk keluarganya.

“Anak saya sekarang juga sudah kerja di perusahaan aplikasi HP. Saya kerja ini hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja,” ucap dia. 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved