Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Nurul, ASN yang Ikut Selamatkan Bilqis di Hutan, Suku Anak Dalam Nangis saat sang Anak Diambil

Inilah sosok Nurul Anggraini Pratiwi, ASN wanita satu-satunya yang ikut dalam upaya penyelamatan Bilqis (4), korban penculikan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
Dok Nurul Anggraini Pratiwi
KASUS PENCULIKAN BILQIS - Nurul Anggraini Pratiwi sedang berada di permukiman Tumenggung Sikar, sebelum berangkat menuju lokasi penyelamatan Bilqis, korban penculikan di Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Sabtu (8/11/2025). 
Ringkasan Berita:

TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Nurul Anggraini Pratiwi, ASN wanita satu-satunya yang ikut dalam upaya penyelamatan Bilqis (4), bocah korban penculikan asal Makassar, Sulawesi Selatan.

Selain Nurul, ada pula tokoh Suku Anak Dalam (SAD), Temenggung Joni, yang berperan sebagai mediator antara polisi dengan kelompok Temenggung Sikar, mertua dari Begendang, yang merawat Bilqis di tengah hutan, dan juga Temenggung Roni.

Nurul menjadi satu-satunya perempuan yang mencari dan menemukan Bilqis selama berjam-jam melintasi jalan berbatu dan berdebu yang dikurung kebun sawit hingga ke tengah hutan.

Keempat orang ini menjadi ujung tombak penyelamatan Bilqis pada malam hari di tengah hutan.

"Saya tidak merasa takut karena ada tiga orang temenggung yang menjaga saya," kata Nurul saat ditemui di kantornya, Kamis (13/11/2025).

Baca juga: Begendang Warga Suku Anak Dalam Bayar Rp 85 Juta untuk Rawat Bilqis, Sedih setelah si Anak Pulang

Ketakutan dirinya, kata dia, tidak sebanding dengan keselamatan Bilqis.

Itu yang menjadi fokus utamanya dalam misi penyelamatan.

Ketika berjalan melintasi hutan menuju lokasi keberadaan Bilqis dan keluarga Begendang, ketiga temenggung menjaganya dari semua sisi, untuk melindungi Nurul dari marabahaya.

"Mereka saat menjaga, hingga berjalan lambat, supaya saya tidak ketinggalan dan tetap dalam radius penjagaan mereka," kata perempuan lulusan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung ini, melansir dari Kompas.com.

Selain hati Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba memang tulus, kedekatan Nurul selama ini membuat ketiga temenggung sangat menjaga keselamatannya.

Sudah Akrab dengan Orang Rimba

Sebelum akhirnya menjadi aparatur sipil negara (ASN) sejak Juni 2025, Nurul juga bekerja mendampingi Orang Rimba melalui program keluarga harapan (PKH) sejak 2018-2025.

Tangan Nurul senantiasa terbuka untuk mengatasi persoalan Orang Rimba.

Bagi dia ini tidak hanya tentang kerja, melainkan sudah menjiwai bekerja di tengah Orang Rimba.

Kedekatan dengan Orang Rimba sudah menjadi warisan orangtuanya, Budi Vrihaspati, yang telah menjadi aktivis Kelompok Peduli Suku Anak Dalam (Kopsad).

"Dari kecil terbiasa berinteraksi dengan saudara dan keluarga saya SAD ini," kata Nurul.

Karena itu, saat diminta membantu untuk menyelamatkan Bilqis di Orang Rimba, ia langsung meninggalkan urusan di Bungo, kemudian meluncur ke lokasi.

Selain Nurul, ada dua rekannya dari Dinas Sosial Merangin, yakni Azrul Affandi dan Husnul Hotim.

Lantaran Nurul berangkat dari Bungo, dia sendirian menerabas jalan berdebu dan berbatu dari simpang Mentawak menuju kediaman Temenggung Sikar.

Ia berangkat pas tengah hari mengendarai sepeda motor hingga sekitar pukul 14.00 WIB, tiba di rumah Temenggung Sikar.

Sudah ramai tim dari kepolisian Makassar menunggu negoisasi tiga temenggung dengan Begendang, yang tinggal di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Tak berapa lama menunggu, ketiga temenggung pun kembali dan membawa Nurul untuk menjemput Bilqis.

Dari permukiman Temenggung Sikar, mereka berempat menempuh perjalanan selama lebih dari dua jam.

Baca juga: Cara Polisi Bisa Jemput Bilqis dari Warga Suku Anak Dalam, Negosiasi sempat Berlangsung Alot

Matahari hampir terbenam saat mereka berangkat ke Bukit Suban.

Rinai hujan menyertai perjalanan mereka.

"Pas sekitar pukul 7 malam, kami tiba di Bukit Suban. Lalu berjalan kaki, untuk sampai lokasi Bilqis berada," kata dia.

Sesampainya di sudong atau rumah sederhana beratap terpal dengan lantai kayu gelondongan, Nurul menyaksikan Bilqis dan orangtua angkatnya menangis.

"Kami awalnya menunggu sampai anaknya diantar oleh Begendang. Cuma anaknya menangis, dia tidak mau lepas dari orangtua angkatnya," kata Nurul.

Setelah menunggu hampir satu jam, Bilqis tetap tidak mau lepas, maka dengan perlahan Nurul mengambil "paksa" Bilqis.

"Bilqis masih menangis. Saya minta maaf saya peluk ibu angkatnya dan anaknya-anaknya, saya tenangkan mereka dulu, baru kemudian bawa Bilqis pergi," kata Nurul.

Baca juga: Terungkap Modus Penculik Bilqis di Makassar, Lintasi Tiga Pulau, 4 Orang Jadi Tersangka

Sebenarnya, Begendang dan keluarganya sudah legawa melepas Bilqis, tetapi harus menunggu karena Bilqis belum mau lepas.

"Secara psikologis juga anak itu kan berpindah-pindah, jadi dia merasa aman nih sama keluarga yang sekarang, jadi wajar merasa aman," kata Nurul. 

Meski demikian, tidak ada ancaman maupun perlakukan dari Orang Rimba yang kemudian dapat mengacam nyawa.

Mereka orang baik dan ikhlas karena Bilqis memang punya orangtua dan kini sedang menunggu di rumah Makassar, Orang Rimba yang di sana, tidak pernah bersikap mau menyulitkan proses penyelamatan.

Ketika Bilqis sudah berada dalam dekapan Nurul, mereka sempat berkenalan dan berbincang singkat.

Awalnya Bilqis takut, mungkin dia mengira Nurul bagian dari penculik dan anak ini tidak bisa melihat wajah Nurul dengan jelas karena berjalan dalam gelap.

"Saya bilang akan mengembalikan Bilqis ke orangtua, lalu dia tanya siapa itu Temenggung Sikar, Jon, dan Roni. Tidak apa kata saya, mereka orang baik," kata Nurul saat berbincang dengan Bilqis.

Setelah beberapa jam berjalan, pihak kepolisian dari Makassar menunggu kami di jalan, mereka meminta Bilqis bersama mereka.

"Saya pergi dengan Bilqis ke mobil polisi rombongan Makassar dan meninggalkan tiga temenggung yang berada di mobil berbeda. Kami langsung meluncur ke Polres Merangin," tuturnya.

Saat dalam mobil polisi dari Makassar, mereka video call dan menunjukkan Bilqis sedang bersama Nurul.

Tiba di Polres Merangin sudah jam 21.00 WIB. Nurul lantas mengusap sekujur badan Bilqis dengan tisu basah, kemudian mengganti bajunya.

Setelah itu ia menyuapi Bilqis makanan. Usai makan, Nurul pun meminta Bilqis untuk menulis, sebagai diagnosis terhadap rasa trauma.

"Saya terkejut, dia gambar wajah saya, lalu kemudian ibunya dan simbol hati, yang menyimbolkan rasa cinta," kata Nurul.

Ia tahu, perjalanan kembali Bilqis masih panjang.

Maka, dia melipir meninggalkan Bilqis bersama polisi.

"Jangan sampai terlalu dekat, nanti saya menghambat proses pengembalian Bilqis ke Makassar," kata Nurul.

Perempuan berusia 31 tahun ini merasa senang menjadi bagian kecil dalam upaya menyelamatkan Bilqis, korban penculikan anak.

"Keamanan Bilqis menjadi yang paling utama," tutup Nurul.

Jaringan Pelaku Lintas Provinsi

Fakta baru terungkap dari kasus penculikan Bilqis (4), bocah asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Polisi mengidentifikasi jaringan pelaku yang beroperasi lintas provinsi.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan, para tersangka tidak hanya beraksi di Makassar.

Jaringan mereka juga terdeteksi di Bali, Jawa Tengah, Jambi, dan Kepulauan Riau.

“Saat ini tersangka sudah memberikan keterangan terkait tempat kejadian lain di empat provinsi tersebut,” ujar Djuhandhani di Mapolda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Kamis (13/11/2025).

Ia menjelaskan, penyidikan dilakukan bersama Bareskrim Polri karena kasus ini melibatkan lintas wilayah hukum.

“Ada keterbatasan yurisdiksi di tingkat Polda, sehingga kami koordinasikan dengan Bareskrim,” ucapnya.

Baca juga: Dua Malam Polisi Baru Bisa Ambil Bilqis dari Suku Anak Dalam, Awal Dijual Rp 3 Juta Naik Rp 80 Juta

Menurut Djuhandhani, pengungkapan ini merupakan bentuk komitmen Polri menjalankan fungsi perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat melalui penegakan hukum yang tegas.

Sebelumnnya, polisi menetapkan empat orang sebagai tersangka, yakni SY (30), NH (29), MA (42), dan AS (36). Mereka ditangkap di lokasi berbeda dan kini ditahan di Mapolrestabes Makassar.

Para pelaku dijerat Pasal 83 jo Pasal 76F UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 2 ayat 1 dan 2 jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Ancaman hukumannya mencapai 15 tahun penjara.

Djuhandhani menyebut, motif pelaku murni karena faktor ekonomi.

“Mereka menjual anak untuk memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.

Polisi menyita barang bukti berupa empat ponsel, satu kartu ATM BRI, dan uang tunai Rp1,8 juta.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved