Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Lokal

Cinta Monyet Berujung Kekerasan, Siswa SD Dikeroyok Gara-Gara Pinjam Buku, Anggota DPRD Soroti

Seorang siswa SD berinisial D (12) menjadi korban pengeroyokan. Kasus ini dipicu karena kisah asmara cinta monyet.

Dokumen Iptu Pravita via KOMPAS.com
BERAKHIR DAMAI - Sejumlah siswa SMP berusia 13 tahun dan satu lagi 12 tahun, mengeroyok siswa SD berinisial D secara bertubi-tubi di Kompleks SD Kaliacar 1, Kecamatan Gading. Kasus kini berakhir damai, Rabu (19/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Siswa SD di Probolinggo menjadi korban penganiayaan yang bermula pinjam buku.
  • Kasus ini dipicu adanya kisah asmara 'cinta monyet' hingga berujung kekerasan.
  • Kepala sekolah menyebut kasus ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan orangtua korban juga sudah memaafkan pelaku.

 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang siswa SD berinisial D (12) menjadi korban pengeroyokan.

D merupakan siswa SD di Probolinggo, Jawa Timur. Video pengeroyokan D inipun beredar luas hingga viral di media sosial.

Kasus ini dipicu adanya kisah asmara 'cinta monyet'.

Dalam video tersebut, sejumlah siswa SMP berusia 13 tahun dan satu lagi 12 tahun, terlihat mengeroyok D secara bertubi-tubi di Kompleks SD Kaliacar 1, Kecamatan Gading. 

D merupakan siswa kelas 6 di SD Kaliacar.

Meski mengalami kekerasan, D tidak mengalami luka serius dan sudah kembali beraktivitas seperti biasa di rumah.

Kepala SD Kaliacar, Evi Susanti mengatakan, kasus ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan orangtua korban juga sudah memaafkan pelaku.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu (12/11/2025) lalu.

Menurut Evi Susanti, awalnya D meminjam buku dari pacar salah satu pelaku.

Saat mengembalikan buku, D bercanda dan pacar pelaku menjambak rambutnya.

D pun mengeluarkan kata-kata kasar, sehingga pelaku dan pacar pelaku mengajak teman-temannya untuk mengeroyok korban.

“Sepertinya ini masalah asmara atau cinta monyet. Salah satu pelaku merekam aksi kekerasan itu dan membagikannya di media sosial hingga viral,” kata Evi, dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Videonya Sempat Viral, Kasus Perundungan Siswa SD di Probolinggo Kini Berakhir Damai

Berawal Pinjam Buku hingga Candaan

Polres Probolinggo melalui Polsek Gading langsung menangani kasus perundungan ini.

Mereka memanggil pihak sekolah, orangtua, dan siswa yang terlibat.

Polisi menyebut insiden ini bermula dari kejadian pada Senin (10/11/2025), ketika korban D ditarik rambut oleh salah satu siswi berinisial A di ruang kelas.

“Korban kemudian memaki siswi A, dan pelaku E (pacar korban) tidak terima. E kemudian memukul wajah korban,” ujar Kapolsek Gading AKP Maskur Ansori.

Dua hari kemudian, yakni Rabu (12/11/2025), usai bermain voli di halaman sekolah, korban kembali mengalami kekerasan dari B dan E.

B memukul perut D, sedangkan E melakukan pemukulan lagi karena merasa tersinggung.

Polisi juga memanggil semua pihak, termasuk orangtua dan guru, untuk melakukan pendalaman.

Maskur menegaskan, penanganan kasus ini dilakukan dengan pendekatan hati-hati karena semua anak yang terlibat masih di bawah umur.

Baca juga: Tubuh Siswa SD Melepuh Diduga Dibully Dsiram Air Panas Bekas Masak Mie, Ortu Tak Terima Respons Guru

MEDIASI : Kapolsek Gading AKP Maskur Ansori saat mendampingi dan memfasilitasi proses mediasi di Polsek Gading, Senin (17/11/2025). Proses ini lantaran kasus perundungan yang dialami siswa SD oleh siswa SMP.
MEDIASI : Kapolsek Gading AKP Maskur Ansori saat mendampingi dan memfasilitasi proses mediasi di Polsek Gading, Senin (17/11/2025). Proses ini lantaran kasus perundungan yang dialami siswa SD oleh siswa SMP. (Polsek Gading)

Baca juga: Wali Murid SMP Murka Anaknya Babak Belur Dipukuli Siswa SD, Pelaku Tuduh Korban Sebarkan Gambar

Sekolah Harus Ramah Anak

Kasus ini mendapat perhatian dari DPRD Kabupaten Probolinggo.

Pada Selasa (18/11/2025), anggota DPRD Khairul Anam bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mendatangi sekolah tempat kejadian.

Anam mengatakan, peristiwa ini jadi pengingat bahwa sekolah harus ramah anak.

Peran orangtua dan sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan penuh pengawasan harus dijaga.

“Orang tua sebagai sekolah umat harus mengawasi anak dengan penuh kasih dan mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, empati, dan akhlak,” ujarnya.

Anam berharap, kejadian ini bisa menjadi evaluasi bersama dan memperkuat sistem pencegahan serta penanganan perundungan agar anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan bermartabat.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved