Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pengakuan Rumah Sakit soal Ibu Hamil Meninggal karena Dioper Sana-sini, Keluarga: Lebih Penting Uang

Inilah penjelasan tiga rumah sakit soal kematian ibu hamil karena dioper sana-sini bernama Irene Sokoy.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
KOMPAS.COM/FINDI RAKMENI
IBU HAMIL MENINGGAL - Abraham Kabey dan kedua cucu (anak Almarhumah Irene Sokoy) sata berdiri di makam Irene Sokoy/ Findi dan Almarhumah Irene Sokoy saat berada di rumah sakit pada Selasa (18/11/2025) 

Manajemen RS Dian Harapan menegaskan bahwa seluruh prosedur sudah dijalankan sesuai standar dan tidak ada unsur penolakan pasien.

Kronologi Versi Keluarga

Abraham Kabey, selaku mertua dari Irene Sokoy, ditemui di rumahnya, menceritakan bahwa pada Minggu (16/11/2025) siang sekitar pukul 14.30 WIT, sang anak merasakan kontraksi untuk melahirkan sehingga keluarga bergegas membawanya menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari Sentani.

Saat sampai di RSUD Yowari, Irene Sokoy mendapatkan penanganan dari sejumlah petugas rumah sakit.

"Saat sampai di rumah sakit, anak kami ditangani oleh sejumlah petugas. Namun, sekitar pukul 20.00 WIT, petugas memberi tahu kami bahwa tidak bisa melahirkan normal karena bayinya terlalu besar, sehingga disarankan untuk melakukan operasi," kata Abraham Kabey kepada wartawan saat ditemui pada Jumat (21/11/2025) siang.

"Kami sudah setuju untuk dilakukan tindakan operasi, tapi lagi-lagi pihak rumah sakit mengatakan bahwa tidak ada dokter kandungan, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain untuk tindakan operasi. Ini yang sangat kami sesalkan, kenapa sejak awal tidak memberi tahu kami bahwa tidak ada dokter? Kenapa pasien ditahan hingga malam baru dirujuk?" tutur dia.

Atas rujukan RSUD Yowari, pihak keluarga didampingi dua perawat membawa pasien Irene Sokoy ke Rumah Sakit Dian Harapan dengan maksud untuk mendapatkan layanan operasi.

Namun, harapan keluarga sirna karena pasien ditolak tanpa pemberitahuan kepada keluarga.

"Setelah mendapat rujukan, kami langsung bawa pasien ke RS Dian Harapan, namun sampai sana tidak diterima, sehingga kami putuskan untuk bawa ke RSUD Abepura, tapi sampai di sana sama juga. Anak kami tidak diterima tanpa alasan jelas," kata dia.

"Kami sempat ribut dengan petugas RSUD Abepura karena tidak melayani pasien, padahal kondisinya sudah kritis dan butuh penanganan cepat," ujar Abraham.

Dari RSUD Abepura, keluarga berencana membawa pasien ke RSUD Jayapura, tetapi dalam perjalanan diputuskan ke RS Bhayangkara karena kondisi pasien yang semakin menurun.

Namun, di RS Bhayangkara, Irene ditolak dengan alasan kamar sudah penuh.

Mereka diminta menempati ruang VIP.

"Karena ruangan sudah penuh, kami disarankan ke ruang VIP. Tapi dari petugas meminta kami untuk membayar DP Rp 4 juta dulu. Kami tidak keberatan dengan jumlah itu, tapi kami meminta agar pasien ditangani dulu karena kondisi pasien sudah darurat. Nanti kami bayar setelah anak kami ditangani. Tapi mereka malas tahu," ujar dia.

Baca juga: Dewan Buka Suara Soal Insiden Ambulans Terjebak Kemacetan di CFD Jombang hingga Pasien Meninggal

Hal yang sangat disesalkan pihak keluarga yakni tak ada petugas medis RS Bhayangkara yang datang melihat kondisi korban.

"Kami minta pasien ditolong dulu, jangan uang yang duluan, tapi mereka malas tahu. Bahkan mereka sama sekali tidak memegang atau memberikan pertolongan kepada pasien," ucapnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved