Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Cara Camat Semampir Yunus Dekati secara Kultural hingga Muliakan PKL di Kawasan Ampel Surabaya

Kalimat dengan bahasa Madura itu yang diucapkan Camat Semampir Yunus sekitar dua tahun lalu

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Nuraini Faiq
DUDUK SAMA RENDAH - Camat Semampir Yunus (tengah) saat menemui perwakilan PKL yang biasa berjualan di bahu jalan dan trotoar Jalan Nyamplungan kawasan Wisata Religi Ampel Surabaya sebelum penertiban tanpa gejolak beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - "Nyare engon wajib, aku gak ngelarang.  Tape ta’ langkong seporah se tade’ betesseh je’ neng trotoar ben bahu jalan."

Artinya kurang lebih demikian: Mencari makan itu kewajiban. Saya tidak melarang jualan PKL. Tapi saya mohon satu saja, jangan jualan di bahu jalan atau trotoar.

Kalimat dengan bahasa Madura itu yang diucapkan Camat Semampir Yunus sekitar dua tahun lalu.

Menjadi camat dengan warganya mayoritas berbudaya Madura, adalah tantangan tersendiri.

Yunus memang mendapat tugas baru. Menata PKL di kawasan wisata Ampel. Oleh Wali Kota Eri Cahyadi, Yunus yang sebelumya camat Sawahan itu dipercaya menjadi camat Semampir. Tidak dalam waktu lama, dia mendapat tugas yang sama.

Baca juga: Pemandangan Jalan di Kawasan Ampel Surabaya yang Kini Tak Ada Lagi PKL Jalanan

Tata dan tertibkan PKL. Wali kota menugasi Yunus. Dengan pengalaman sukses menata PKL sekitaran Kawasan Dolly, di Kecamatan Sawahan, Yunus menyanggupi. Pendekatan kultural dikedepankan.

Termasuk Yunus yang fasih berbahasa Madura mejadi keuntungan tersendiri. Setidaknya kedekatan komunikasi sudah dikuasi. Tinggal pendekatan kultural dan humanis yang manusiawi yang dia tingkatkan.

Pendekatan demi pendekatan perlahan dilakukan. Kulo nuwun ke tokoh Madura hingga para koordinator PKL. Kulonuwun, mohon izin. Kemudian duduk sama rata dan berdiri sama tinggi dengan warga.

Tidak hanya itu, Yunus pun juga menggunakan jalur langit. Dengan mengikuti budaya Madura yang menghormati tokoh agama, Yunus melakukan hal yang sama. Berkali-kali ziarah ke Makam Sunan Ampel di kawasan wisata religi.

Hingga sampai pada tujuan utama, menata PKL. Setiap ada waktu, Yunus mampir dan srawung dengan PKL. Bertahap hingga semua tokoh PKL pun akrab. "Bisa kelesetan nang Embong. Bercanda dan ngopi bareng," kenang Yunus.

Yunus hanya ingin menempatkan warganya pada tempat yang mulia. Camat ini juga jarang mengenakan pakaian dinas saat membersamai warga. Camat pelontos ini lebih sering pakai kaus.

TAK ADA LAGI - Es rombong payung dan aneka rombong lain di Jl Nyamplungan kawasan Wisata Religi Ampel Surabaya kini tak adalagi di Jalan Nyamplungan kawasan Ampel. Camat Semampir Yunus berkomunikasi langsung dengan PKL sebelum penataan.
TAK ADA LAGI - Es rombong payung dan aneka rombong lain di Jl Nyamplungan kawasan Wisata Religi Ampel Surabaya kini tak adalagi di Jalan Nyamplungan kawasan Ampel. Camat Semampir Yunus berkomunikasi langsung dengan PKL sebelum penataan. (TribunJatim.com/Habiburrohman)

Hingga suatu ketika, camat baru ini harus tatak karena saat yang ditunggu itu sudah tiba. Menata PKL. Mesti Surabaya Utara itu dikenal dengan keunikan budayanya, dia siap menjalankan tugas.

Begitu komunikasi sudah berjalan baik, pendekatan kultural sudah dilakukan, Yunus pun meminta pasukan Satpol PP untuk menata PKL agar berdagang secara tertib.

Tentu Yunus pun mengajak tokoh dan pentolan PKL ikut membantu menrtinkan. Hasilnya saat ini bisa dirasakan. Kawasan Ampel bersih PKL jalanan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved