Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Air Laut Surut Saat Puncak Kemarau, Pengunjung THP Kenjeran Surabaya Turun

Puncak musim kemarau yang terjadi pada Agustus - September turut berdampak pada kondisi laut di bibir pantai utara Surabaya

|
tribunjatim.com/Bobby Koloway
TINJAU PANTAI KENJERAN - Anggota DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat berkunjung ke Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran Surabaya, Jumat (10/10/2025). BHS meninjau kondisi pantai surut, berbincang dengan pemandu perahu wisata, hingga memberikan bantuan berupa set wahana bermain dan kamera pengintai (CCTV). 

Poin penting:

  • Air laut di kawasan THP Kenjeran Surabaya surut hingga 300–500 meter sejak Agustus akibat puncak musim kemarau, membuat perahu wisata tidak bisa merapat ke sisi selatan dan berdampak pada penurunan pengunjung sekitar 30 persen.
  • Pengelola THP Kenjeran menyiapkan berbagai upaya untuk menarik wisatawan, seperti hiburan musik, wahana permainan anak, dan spot kuliner UMKM, sambil menunggu kondisi pasang yang diperkirakan kembali normal pada November.
  • Anggota DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) menilai penyebab surutnya air bukan hanya faktor cuaca, tetapi juga sedimentasi akibat proyek di sekitar pantai, dan meminta pemerintah pusat melakukan pengerukan.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Koloway

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Puncak musim kemarau yang terjadi pada Agustus - September turut berdampak pada kondisi laut di bibir pantai utara Surabaya. Di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran Surabaya, air surut hingga ratusan meter dari bibir pantai.

"Untuk jangkauan surutnya mungkin sekitar 300-500 meter dari pantai jika dibandingkan saat normal. Gejala ini sudah berlangsung sejak Agustus lalu," kata Kepala UPTD Pengelola Obyek Wisata THP Kenjeran Surabaya, Rusdi Ismet ketika dikonfirmasi.

Fenomena ini berimbas pada perahu wisata yang tidak bisa merapat ke THP Kenjeran sisi selatan. Apabila pengunjung THP Kenjeran ingin menjajal wahana perahu wisata maka harus berangkat dari sisi Utara.

Padahal saat pasang, perahu wisata dapat menjangkau seluruh bibir pantai dan mengantar pada pengunjung berwisata hingga kawasan pulau pasir. Rutenya bisa ke arah Batu - Batu, Sentra Ikan Bulak, hingga Taman Suroboyo. 

"Sehingga, saat ini memang kehilangan momen seperti itu sehingga memang cukup cukup berdampak pada pada kunjungan. Rekan-rekan nelayan yang biasa melayani perahu wisata sementara bergeser ke yang di sisi utara. Karena memang kalau kondisi surut seperti saat ini, di sisi utara itu pantai Kenjeran nya paling terakhir yang surut nanti," terang Ismet melanjutkan.

Berdasarkan rekapitulasi pengunjung THP Kenjeran dua bulan terakhir, jumlah yang datang cenderung menurun. Bahkan, angka penurunannya mencapai sekitar 30 persen.

Sebelumnya, jumlah pengunjung THP Kenjeran bisa mencapai 1.000 - 1.300 pengunjung pada hari biasa dan 2.200 - 3.000 saat akhir pekan. Namun, saat ini jumlah pengunjung yang datang berkisar 800 - 1.000 pengunjung saat hari biasa dan 1.800 - 2.100 saat akhir pekan.

"Sejak bulan Agustus mulai turun. Penurunannya bisa sampai ratusan pengunjung, salah satunya juga karena dampak dari air surut laut," kata Ismet.

Untuk menjaga antusias pengunjung datang ke THP Kenjeran, ada berbagai terobosan yang disiapkan pengelola. Di antaranya dengan menyiapkan hiburan berupa live music, wahana permainan bagi anak, hingga spot wisata kuliner yang melibatkan UMKM.

"Info dari nelayan yang sudah berpengalaman seperti ini, mungkin sekitar November sudah kembali pasang bersamaan dengan awal musim penghujan. Mudah-mudahan, bisa mendukung antusias pengunjung kembali," kata Ismet.

Anggota DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) menilai surutnya air THP Kenjeran bukan semata-mata karena pengaruh cuaca. Namun, juga adanya sedimentasi akibat berbagai aktifitas pekerjaan proyek swasta di sekitarnya.

Karenanya, pria yang akrab disapa BHS ini meminta pemerintah pusat turut melakukan pengerukan endapan.

"Tentunya, lumpur yang ada di pantai ini, sekarang ini cukup tinggi loh. Ini seharusnya bisa dikeruk dengan baik sehingga kedalaman ini menjadi cukup dan tidak kotor. Ini yang kami harapkan," kata Alumni Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini ketika dikonfirmasi di Surabaya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved