Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ancaman Siber kian Masif di Kehidupan Modern, Ulang Tahun Diposting di Sosmed Bisa Berbahaya

Perangkat sehari-hari yang disebut endpoint kini menjadi target utama penyerang, jumlahnya ribuan dalam satu perusahaan, dan sulit dikontrol

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Samsul Arifin
Freepik.com/freepik
CEGAH SERANGAN SIBER - Ilustrasi. Kehidupan masyarakat modern semakin lekat dengan teknologi digital. Hampir setiap aspek aktivitas, mulai dari komunikasi, belanja, transportasi, hingga layanan publik kini dijalankan secara daring. Namun, di balik kenyamanan itu, ancaman serangan siber semakin nyata dan masif. 

“Kebiasaan kita menekan tombol ‘yes’ atau ‘accept’ tanpa berpikir panjang adalah pintu masuk utama. Padahal satu klik bisa membuka jalan bagi malware yang merusak perangkat,” jelas Edwin.

Fenomena kebocoran data di Indonesia pun memperlihatkan betapa seriusnya situasi ini. Meski banyak kasus tidak terpublikasikan karena alasan budaya dan reputasi, hampir setiap hari Fortinet menerima laporan dari perusahaan yang terkena serangan ransomware. 

“Berbeda dengan negara lain yang lebih transparan, di sini banyak kasus disembunyikan. Tapi jumlahnya sangat besar,” bebernya.

Fortinet tidak hanya menjual solusi teknologi, tetapi juga mendorong edukasi masyarakat. Melalui pelatihan daring gratis, masyarakat dapat belajar dasar-dasar keamanan siber. Bahkan Fortinet bekerja sama dengan universitas untuk mencetak lulusan yang siap bekerja di bidang keamanan digital. 

“Edukasi adalah kunci. Tanpa SDM yang paham, teknologi secanggih apa pun tidak akan maksimal,” lanjut Edwin.

Selain edukasi, Edwin menekankan pentingnya budaya digital. Banyak orang masih menggunakan tanggal lahir sebagai password atau memakai satu kata sandi untuk semua akun. 

“Kalau ulang tahun kita dipublikasikan di media sosial, penjahat bisa langsung menebak password. Hal-hal kecil seperti ini yang harus diubah,” ujarnya.

Backup data juga menjadi aspek penting yang sering diabaikan. 

“Backup itu hukumnya wajib. Kalau kena ransomware, backup adalah penyelamat. Tapi banyak perusahaan hanya backup tanpa pernah menguji hasilnya. Begitu darurat, ternyata datanya korup. Ini fatal,” terang Edwin.

Selain perusahaan, masyarakat umum juga harus sadar bahwa serangan bisa berdampak pada layanan vital. Gangguan pada listrik, rumah sakit, atau bandara dapat mengacaukan kehidupan sehari-hari. 

“Kalau PLN atau rumah sakit besar kena serangan, dampaknya bisa nasional. Karena itu perlindungan infrastruktur kritikal wajib jadi prioritas,” tambahnya.

Edwin menutup dengan pesan agar masyarakat tidak paranoid menghadapi teknologi. 

“Takut boleh, khawatir boleh, tapi jangan paranoid. Yang penting kita terus belajar, saling berbagi pengalaman, dan bijak menggunakan teknologi. Kalau kita memanfaatkannya dengan benar, AI dan digitalisasi akan membawa banyak manfaat,” pungkasnya.

Dengan meningkatnya ancaman, Fortinet menekankan bahwa keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. 

Perusahaan, pemerintah, dan masyarakat harus berkolaborasi membangun ekosistem digital yang lebih sehat agar transformasi digital Indonesia tetap berjalan aman.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved