Wafat Dalam Sujud, KH Sholeh Qosim Tinggalkan Arti Semangat Kepada Santrinya
Duka mendalam dirasakan oleh Indonesia, Ulama karismatik NU sekaligus saksi perjuangan kemerdekaan RI, KH Sholeh Qosim wafat pada Kamis (10/5/2018).
Penulis: Aqwamit Torik | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Aqwamit Torik
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Duka mendalam dirasakan oleh Indonesia, Ulama karismatik Nahdatul Ulama sekaligus saksi perjuangan kemerdekaan RI, KH Sholeh Qosim wafat pada Kamis (10/5/2018).
Ketua yayasan Bahauddin Ngelom, Taman Sepanjang, Sidoarjo tersebut meninggal sekitar pukul 18.30 WIB, atau seusai waktu Maghrib.
Pengasuh pondok pesantren Al- Ismailiyah Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo ini juga dikenal sebagai ulama yang sederhana.
Ulama nasional itu wafat saat sedang sholat maghrib, hal itu diungkapkan oleh cucu dari KH Sholeh Qosim.
(Jelang Ramadan, Puskesmas Asemrowo Minta Warga Periksa Tanggal Kadaluarsa Makanan Kalengan)
(Ini Syarat yang Diperlukan untuk Jadi Cawapres Joko Widodo)
"Sholat maghrib sujud tidak bangun, tasbih masih di tangan, pendungane," ujar Gus Miftah, cucu ulama yang pernah menjadi laskar Hizbullah dan memperjuangkan kemerdekaan tersebut.
Menurut informasi, KH Sholeh Qosim akan dimakamkan usai sholat Jumat, di kompleks makam ngelom pesantren, Taman, Sidoarjo.
Semasa hidupnya, kiai yang pernah menjadi laskar Hizbullah tersebut ternyata memberikan kenangan tersendiri bagi Nawawi, warga desa Kramat Jegu, Taman, Sidoarjo.
"Semasa hidup beliau, saya pernah punya kenangan yang sangat membekas dengan beliau," ujar Nawawi memulai ceritanya.
Ia menjelaskan, sebagai seorang santri dari KH Sholeh Qosim, ia mendapat banyak motivasi dari segi perjuangan untuk kemaslahatan umat.
"Waktu itu, beliau pernah menyemangati saat saya ditentang masyarakat ketika akan merenovasi masjid," kisahnya.
(Sidak Makanan Jelang Ramadan, Polsek Asemrowo Janji Beri Sanksi pada Penjual Produk Kadaluarsa)
(Peringati Hari Cahaya International, Teknik Fisika ITS Ajak Para Guru Melek Ilmu Cahaya)
"Saya mendapat banyak masukan, yang berbuah manis, hingga renovasi masjid desa saya berjalan lancar, bahkan sampai sekarang," imbuhnya.
Banyak pelajaran dari kenangan yang Nawawi petik, satu di antaranya juga menjadi pegangan hidupnya, yakni soal berjuang untuk kebenaran.
"Hidup harus berjuang, dan dikatakan berjuang itu kalau ada musuhnya. Jadi jangan pernah takut dimusuhi saat berjuang di jalan yang benar," tukasnya.
(Rajin Blusukan, Mbak Puti Ingin Berikan Pendidikan Politik Lewat Programnya Bersama Gus Ipul)
(Pernah Berkomunikasi hingga Diisukan Pengelola Keuangan Keyko, Daniel: Kaget Dia Tertangkap Lagi)