Tekan Angka Kasus DBD, Dinkes Bangkalan Sebar Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik
Dinkes Bangkalan tengah menyiapkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumatik) untuk memantau sekaligus mengekudasi setiap keluarga.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Ayu Mufihdah KS
TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Kendati tren kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurun selama dua tahun terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan tidak lantas mengendurkan genderang 'perang' terhadap DBD.
Terobosan-terobasan baru dilakukan sebagai upaya preventif melalui pola hidup dan perilaku sehat masyarakat sehingga terwujud gerakan Menutup, Menguras, dan Mengubur yang biasa dikenal dengan singkatan 3M.
Plt Kepala Dinkes Kabupaten Bangkalan, Sudiyo mengungkapkan, wilayah endemik DBD tidak hanya terpusat pada beberapa daerah saja, namun merata di 18 kecamatan di Kabupaten Bangkalan.
• Bengkel Las di Gresik Terbakar, Kerugian Pemilik Ditaksir hingga Puluhan Juta
"Kegiatan fogging hanyalah terapi psikis bagi masyarakat. Fogging bukanlah penyelesaian sebuah masalah, hanya menyenangkan masyarakat," ungkapnya, Kamis (29/11/2018).
Oleh karena itu, Dinkes Bangkalan tengah menyiapkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumatik) untuk memantau sekaligus mengekudasi setiap keluarga.
"Intinya kan pemberantasan sarang dan jentik nyamuk. Bukan dengan sekedar melakukan fogging. Penyemprotan hanya menghilangkan nyamuk," jelasnya.
• Cara Punya Tubuh Langsing dengan Cepat, Aman dan Tanpa Efek Samping
Program Satu Rumah Satu Jumantik itu akan dimulai pada awal tahun 2019 mendatang.
Rencananya, sebanyak sepuluh desa di 10 kecamatan akan menjadi pilot project.
Kecamatan-kecamatan itu di antaranya Kecamatan Burneh, Arosbaya, Bangkalan, Blega, Tanah Merah, dan Kamal.
Yoyok, panggilan karib Sudiyo mengatakan, satu jumantik direncakan akan memantau sekaligus membina setiap keluarga agar terbiasan dengan Gerakan 3 M.
• Terakreditasi A BAN-PT, Rektor UK Petra Mengaku Siap Hadapi Perubahan Zaman
"Konsepnya house to house. Salah satu anggota keluarga di setiap rumah akan bertanggungjawab di bawah pemantauan seorang jumatik," papar Yoyok.
Kabupaten Bangkalan pernah KLB DBD pada tahun 2015 dengan 1.043 kasus. Tahun berikutnya cenderung menurun dengan 814 kasus DBD.
Penurunan secara signifikan terjadi pada tahun 2017 dengan jumlah 77 kasus DBD. Sedangkan hingga September 2018, tercatat sebanyak 76 kasus DBD.
"DBD merupakan penyakit utama selain diare yang diwaspadai di masa pancaroba. DBD sulit ditebak dan datang secara tiba-tiba," pungkasnya.
• AkuNusa Buatan Mahasiswa ITS Diharap Mampu Tingkatkan Minat Masyarakat Lestarikan Bahasa Daerah