Demi Selamatkan Penyu, Ari Menggunakan Uang Pribadi untuk Tebus Telur Penyu dari Para Pemburu
Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pusat Konservasi Penyu Taman Kili-kili tidak ingin Pokmaswas ini sebatas formalitas.
Penulis: David Yohanes | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Ari Gunawan (48), guru matematika di SMAN Panggul sekaligus Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pusat Konservasi Penyu Taman Kili-kili tidak ingin Pokmaswas ini sebatas formalitas.
Ia merekrut 11 orang bekas pencari Penyu. Harapannya mereka ikut menyadarkan warga lainnya, agar berhenti berburu Penyu.
Namun relawan pertama yang terdiri dari orang-orang tua ini hanya bertahan dua tahun. Tahun 2013 Ari kembali merekrut relawan, kali ini 11 anak muda.
Namun lagi-lagi relawan gelombang ke-2 ini hanya bertahan setahun.
“Akhirnya saya rekrut lagi relawan gelombang ke-3, dan sekarang ada lima orang yang masih aktif.
Artinya setiap hari mereka bisa siaga di Taman Kili-kili,” lanjut Ari.
• Taman Kili-kili di Kecamatan Panggul Tenggalek Jadi Barometer Baru Konservasi Penyu di Jawa Timur
Para relawan yang tidak aktif bukan sepenuhnya mundur, sebab setiap saat mereka siap membantu jika ada kesibukan. Ari sadar sepenuhnya jika warga tidak aktif di Taman Kili-kili.
Sebab selama ini tempat konservasi Penyu ini belum memberikan manfaat secara ekonomi bagi mereka.
“Pada awal merintis banyak pihak yang ingin konservasi Penyu ini gagal. Sebab selama ini Penyu adalah pendapatan alternatif warga, apalagi di saat paceklik,” ucap Ari.
Namun Ari bersama para relawan terus melakukan pendekatan persuasif.
Tujuannya satu, menyadarkan pentingnya Penyu bagi kelangsungan ekosistem laut. Apalagi ada pidana bagi yang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memelihara dan menjual Penyu berupa hukuman lima tahun penjara, dan denda Rp 50 juta.
Awalnya Ari harus mengeluarkan uang pribadi untuk menebus Penyu atau telur dari warga.
• Madu Lanceng Asal Dusun Banyon Trenggalek, Dipercaya Bisa Sembuhkan Sakit Lambung hingga Paru-Paru
Namun bukan dengan harga pasaran, melainkan lewat negosiasi.
“Misalnya ada warga yang dapat telur atau menangkap Penyu, saya ganti dengan uang Rp 100 ribu. Sekalian saya sampaikan ancaman hukumannya kalau menangkap Penyu,” tutur Ari.
Karena sering mengeluarkan uang pribadi, Ari sering diprotes oleh istrinya.
Namun pelan-pelan Ari juga memberi pengertian agar tidak terjadi pertengkaran. Kini Ari sepenuhnya mendaput dukungan dari sang istri.