Penggagas Desa Inggris di Singosari Malang Diberi Penghargaan Rektor Unisma
Pada 2 Mei 2019 lalu, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Dr Masykuri MSi memberikan penghargaan pada sejumlah alumninya.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, KLOJEN - Pada 2 Mei 2019 lalu, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Dr Masykuri MSi memberikan penghargaan pada sejumlah alumninya.
Salah satunya adalah Khoirun Alvin Nadhir, penggagas Desa Inggris di Desa Randuangung, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Khoirun tercatat sebagai alumnus Fakultas Teknik Unisma tahun 2000.
Namun dalam perkembangannya, Khoirun memilih berkecimpung di dunia pendidikan sebagai praktisi dan penggagas model pendidikan.
(Pengamat Politik Universitas Airlangga Ungkap Pihak-Pihak yang Akan Diuntungkan pada Pemilu 2019)
Sejak mahasiswa, ia adalah aktifis karena suka mendapatkan pengetahuan dan wawasan di luar kampus.
Setelah lulus, ia meneruskan kuliah S2 di Universitas Indonesia (UI).
Dari kondisi awalnya dia kurang pandai dan kurang suka dalam Bahasa Inggris, maka ini memacunya untuk bisa berbahasa Inggris.
"Awalnya saya kumpulkan anak-anak alumnus dari Kampung Inggris di Pare saat itu yang "terlantar". Saya beri tempat, makan dan saya minta mengajar tapi tak berbayar," urainya.
Karena tak ada pendapatan, akhirnya banyak yang protol dalam kurun waktu satu tahun.
Dari 10 orang, ada satu yang bertahan. Ia seorang mahasiswa.
"Yang lainnya rata-rata anak SMA," jelas Alvin, Selasa (7/5/2019).
Usaha itu sempat berjalan tertatih karena hanya fokus memberdayakan. Namun berikutnya ia fokus dengan hal itu.
Khoirul kini bisa memberi bayaran pada para pengajar dengan biaya semampunya.
"Misalkan ada yang mampu membayar Rp 10.000 per bulan, Rp 5000 per bulan," kata dia. Tahun pertama ada tiga sekolah yang minta dibuatkan program wajib berbahasa Inggris.
(Beswan Djarum 2019 di Surabaya, Terannisa Nabilah Gagas Aplikasi Ojek Online Jemput Sampah)
"Bahwa saya tekankan jika belajar Bahasa Inggris tak harus ke Pare. Cara yang bagus adalah sekolah masing-masing menciptakan lingkungannya," ujarnya.