Temuan Struktur Bata Kuno di Jombang Adalah Saluran Air Kuno, Suplai Air Pemukiman di era Majapahit
Temuan Struktur Bata Kuno di Jombang Adalah Saluran Air Kuno, Suplai Air Pemukiman di era Majapahit.
Penulis: Sutono | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Bangunan atau struktur bata merah kuno yang ditemukan di dasar sendang atau embung Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang dipastikan saluran air kuno.
Saluran air kuno itu diyakini sebagai suplai air bersih ke kompleks permukiman. Sebelumnya banyak yang menduga struktur bata merah kuno tersebut bekas candi.
• Prajurit TNI Geruduk Mapolres Jombang, Bersenjata Tumpeng Kado untuk HUT Bhayangkara ke-73
• Harga Ayam Potong di Kabupaten Jombang Mulai Naik, Namun Peternak Masih Merugi
• Anjal Hamil 2 Bulan Dipertemukan Pacarnya yang Pengamen, Rencana Dinikahkan Satpol PP Jombang
Kepastian bahwa struktur bata merah tersebut bekas saluran air kuno setelah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim melakukan pengecekan terhadap temuan saluran air kuno itu.
Struktur bata merah itu sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 14 meter yang membentang dari barat ke timur. Sedangkan lebar rata 1,5 meter.
Bangunan berupa saluran air itu memiliki struktur bata merah kuno di kiri dan kanan. Struktur bangunan memiliki kedalaman 205 sentimeter, dengan bata merah kuno tersusun 35 lapis bata. Celah lubang antara dua sisi berlebar 55 sentimeter.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, bangunan saluran air ini berfungsi untuk menyalurkan air bersih ke kompleks permukiman warga di zaman dahulu.
Hal tersebut terlihat pada struktur bangunan saluran air yang tertutupi bata merah di bagian atasnya, dan lokasinya berada di bawah tanah.
"Ini saluran air untuk mendukung permukiman yang lebih besar," terangnya di lokasi penemuan struktur bata merah, Selasa (2/7/2019) siang. Dijelaskan, meskipun bangunan saluran air kuno ini berada di dasar sendang, namun bukan sumber mata air.
Wicaksono menambahkan, di dalam bangunan tersebut masih terdapat arus air yang mengalir dari arah barat menuju ke timur. Dimungkinkan masih ada bangunan lain yang menghubungkan saluran air kuno itu di sisi barat dan timur sendang Sumberbeji.
"Jadi ini bukan sumber air. Karena dari hasil kegiatan hari ini, kami ketahui struktur bata yang membentang dari barat ke timur ini masih ada arus air dari arah barat. Logikanya, ada kemungkinan bangunan lain di barat dan timurnya," tuturnya.
Bangunan saluran air kuno di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro ini berbatasan langsung dengan temuan situs purbakala di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro.
Di sebelah situs Sugihwaras ini juga beberapa waktu lalu ditemukan struktur bata merah kuno yang membentuk dinding berlokasi di Dusun Kedaton, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek.
Temuan di Sugihwaras dan Bulurejo ini diduga sebagai permukiman warga di era Majapahit. Lokasi kedua desa berada di selatan penemuan saluran air di Dusun Sumberbeji dengan jarak 4 kilometer.
Karena itu, arkeolog BPCB Jatim mencurigai saluran air kuno di sendang Sumberbeji digunakan untuk menyalurkan air ke kompleks permukiman warga di era Majapahit itu.
"Dugaan kami, di area Bulurejo, Sugihwaras, dan Dusun Sumberbeji ini, sebenarnya digunakan sebagai kompleks permukiman yang besar," terangnya.