Longsor Maut di Ponorogo
Keruk 80 Ribu Kubik Material Longsor, Ini yang Dilakukan BNPB Pusat
BNPB Pusat memperkirakan volume material longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, mencapai 80.000 kubik.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Volume material longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, diperkirakan mencapai 80.000 kubik.
Hal itu disampaikan, Deputi II Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Tri Budiarto, kepada wartawan di lokasi bencana, Senin (3/4/2017).
“Volume tanah longsor di Desa Banaran ini mencapai 80.000 kubik,” kata Budi.
Menurut Budi, saat ini pihaknya telah menyiagakan delapan unit alat berat di lokasi longsor untuk evakuasi dan pencarian korban yang tertimbun tanah.
"Nanti akan ada tambahan dua lagi, jadi totalnya delapan," jelasnya.
Ketebalan tanah longsoran dan kondisi cuaca menjadi kendala tim gabungan evakuasi dan pencarian korban.
“Kalau jam 14.00 WIB, biasanya di sini hujan dan ini mengurangi gerak kami. Sehingga pencarian korban pun dihentikan,” ucapnya.
Baca: Kisah Pilu Ariska, Ibu Muda yang Kehilangan Suami, Ortu, dan 5 Kerabat Direnggut Longsor Maut
Pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan upaya evakuasi dan pencarian korban. Menurut dia, hal itu menjadi target utama tim.
Meski demikian, tim gabungan evakuasi dan pencarian korban juga memberi batasan waktu selama tujuh hari. Bila nanti, masih ada korban yang belum ditemukan akan diperpanjang menjadi tujuh hari lagi.
Namun, bila dalam 14 hari tidak ditemukan hasil maka akan dievaluasi dan dibicarakan dengan pihak keluarga korban.
Budi menjelaskan, dari hasil dari kajian, penyebab tanah longsor di Desa Banaran yaitu ada beberapa sebab. Vegetasi di bukit di Desa Banaran sudah menipis sehingga membuat akar yang ada di tanah juga sedikit.
Baca: Hari Kedua Evakuasi Korban, Seorang Pria Ditemukan Tertimpa Balok Kayu dan Puing Rumah
Sehingga, kondisi tanah di bukit tersebut menjadi rapuh dan mudah longsor saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
“Jadi kondisi tanah yang vegetasinya tipis dan tanahnya rapuh mudah terdorong oleh air hujan,” katanya.
Pantauan di lokasi, pencarian korban di lokasi pada hari kedua dihentikan sekitar pukul 13.00 WIB. Penghentian pencarian korban dihentikan karena hujan deras mengguyur wilayah tersebut. (Surya/Rahadian Bagus)