Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berkat Pokdarwis, Pantai Dlodo yang Hancur Kembali Diserbu Wisatawan Lagi

Ombak yang datang dari laut bergulung-gulung sangat besar yang disambut luasnya lapangan pasir.

Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
SURYA/DAVID YOHANES
Sejumlah pengunjung Pantai Dlodo di Tulungagung tengah berada di atas bukit pasir, limbah penampangan pasir besi yang disulap jadi “gardu pandang”. 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Pantai Dlodo di Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung sempat luluh lantak, saat penambangan pasir besi beroperasi di sini.

Pantai indah yang maha luas seperti lenyap begitu saja, berganti bukit-bukit pasir yang ditambang. Kini Dlodo berbenah dan kembali menjadi lokasi wisata yang mulai digandrungi.

Sebelum ada penambangan pasir besi, pantai Dlodo layaknya sebuah lapangan pasir yang sangat luas.

Sebenarnya ombak yang datang dari laut bergulung-gulung sangat besar. Namun karena luasnya lapangan pasir, ombak tersebut menjalar jauh ke darat dan menjadi ombak kecil yang jinak.

Sekilas dilihat, Dlodo layaknya lapangan pasir yang di atasnya selalu tergenang air sisa ombak.

Campuran pasir besi dan pasir kuning menjadikan pantainya padat, tidak mudah terkikis ombak kecil yang datang.

Baca: Inilah Usaha Sukses Puluhan Mantan TKI usai Mengais Modal Dolar di Negeri Orang

Namun saat tambang pasir besi beroperasi, semua hamparan pasir dikeruk.

Pasir tersebut kemudian dipisahkan antara pasir bijih besi, dengan pasir kuning. Pasir kuning limbah penambangan ini dibiarkan begitu saja.

Sekitar tiga tahun lalu, warga setempat menghentikan paksa tambang tersebut.

Sebab selain tidak berkontribusi terhadap warga setempat, tambang tersebut sudah habis izinnya. Pasir-pasir yang sudah menggunung ditinggal tanpa diratakan kembali.

“Waktu itu sempat ramai diprotes warga. Warga mintanya jalan diperbaiki, tapi ternyata tidak pernah dilakukan sama penambang,” ucap seorang warga Songep.

Baca: VIDEO - Menikmati Indahnya Pantai Pasir Putih Tuban Saat Libur Lebaran

Selama tiga tahun ombak memulihkan sebagian lapangan pasir Pantai Dlodo.

Perlahan pantai yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pucanglaban ini kembali seperti semula. Namun bukut-bukit pasir sisa penambangan masih teronggok.

“Yang ini memang sengaja tidak diratakan kembali, sekalian untuk benteng ombak. Sebab kalau tidak ada tanggul pasir ini, saat pasang ombaknya bisa sampai jauh ke daratan,” ungkap Ketua Badan Permusyawaratan Desa Rejosari, Sugiono.

Sugiono pula yang membangkitkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), untuk mengelola Pantai Dlodo sebagai lokasi wisata.

Awal 2017 dirintislah upaya pengelolaan Pantai Dlodo. Secara resmi Dlodo resmi dikelola Pokdarwis pada Februari 2017.

Baca: Hutan Mangrove Panorama Kili-Kili, Destinasi Wisata Baru yang Dibuat Warga Banyuwangi

Onggokan pasir sisa penambangan yang tingginya mencapai 10 meter disulap menjadi semacam gardu pandang bagi pengunjung dan wisatawan.

Selain itu sejumlah gasebo juga didirikan untuk pengunjung. Pengunjung masih bisa menikmati keaslian lapangan pasir yang belum tersentuh penambangan di sisi barat, tepat di bawah naungan tebing hijau.

“Sekarang pengunjungnya lumayan ramai karena sedang libur sekolah. Kalau Sabtu dan Minggu pengunjungnya bisa mencapai 300 orang,” jelas Sugiono.

Untuk masuk ke pantai ini tidak dipungut biaya. Pengelola hanya memungut uang parkir motor sebesar Rp 5000. Sedangkan mobil dipungut Rp 10.000.

Pengelola juga sudah menyediakan toilet di pantai ini. Mereka juga secara rutin memungut sampah yang mengotori pantai.

Bukan sampah pengunjung, namun sampah yang dibawa ombak dari tengah laut.

“Kalau tidak dipungut maka pantai akan dipenuhi sampah dari tengah laut. Tentu itu akan membuat pengunjung sangat tidak nyaman,” tambah Sugiono.

Namun upaya pengembangan pantai ini terhambat dana. Padahal menurut selama ini Pemkab Tulungagung selalu mendorong masyarakat untuk menemukan potensi wisata di wilayahnya.

Namun upaya penemuan potensi wisata tersebut belum diikuti upaya pengambangannya.

Masih menurut Sugiono, Pokdarwis berencana membuat sekurangnya 20 gasebo lagi. Diyakini keberadaan gasebo tersebut akan menarik pengunjung. Namun pihaknya terkendala biaya.

“Padahal setiap gasebo hanya memerlukan Rp 500.000, tapi kami memang tidak ada sumber pendanaan untuk itu. Kami berharap pemerintah mau membantu Pokdarwis Dlodo untuk mengembangkan potensi yang ada,” tandas Sugiono. (Surya/David Yohanes)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved