Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Indonesia Surga Narkoba Bagi 72 Jaringan Internasional, Awas 68 Narkoba Jenis Baru ini Telah Masuk

"Kita ini sampah, apa saja masuk. Namun kita malah santai. 70 persen permasalahan hukum di Indonesia masalah narkoba".

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Mujib Anwar
SURYA/AHMAD FAISOL
Kepala BNN RI Komjen Pol Budi Waseso (kanan) bersama Rektor UTM Muh Syarif ketika tiba di Gedung Rektorat UTM, Senin (25/9/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Indonesia di bawah ancaman serius kejahatan narkoba.

Sebanyak 11 negara dan 72 jaringan internasional menjadikan Indonesia sebagai 'surga' dan pangsa pasar narkoba terbaik dunia.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Budi Waseso saat memberikan Kuliah Umum di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Senin (24/9/2017).

"Pada tahun 2016, ada 250 ton narkoba jenis sabu dari China masuk melalui Singapura dan Malaysia ke Indonesia. Itu dari China saja, belum dari 10 negara lainnya," ungkap polisi bintang tiga yang akrab disapa Buwas itu.

Pemusnahan sabu seberat 3,4 ton oleh BNN di tahun itu dinilai Buwas sebagai prestasi yang membanggakan. Namun ketika dirinya mengetahui 250 ton yang telah masuk ke Indonesia, ia merasa shock.

"Awalnya saya percaya bahwa narkoba (250 ton) itu hanyalah transit. Tapi ternyata habis dikomsumsi di sini. Indonesia tidak menyuplai ke banyak negara, hanya ke Australia melalui Yogyakarta dan Bali," jelasnya.

(Mabes Polri Sita 1,2 juta Pil Kejang-kejang PCC Siap Edar di Surabaya, BB Langsung Dibawa ke Sini)

Hasil pengamatan BNN ke sejumlah negara menemukan kenyataan yang mengejutkan Buwas.

Dilaporkan, saat ini terdapat 800 narkoba jenis baru yang telah beredar. Sebanyak 68 jenis di antaranya sudah masuk ke Indonesia.

"Indonesia pangsa pasar terbaik dunia. Celakanya, 68 jenis narkoba itu laku terjual di sini. Cepat atau lambat, 800 jenis narkoba baru itu akan masuk juga," tegas Buwas.

Pernyataan tegas Buwas tersebut tak lepas dari hasil pantauan peredaran dan penggunaan narkoba di beberapa negara. Di antaranya Belanda, Rusia, dan Kolombia.

(Sabu Senilai Rp 9 Miliar Dibakar di Polres Sampang, Dua Kurirnya Hanya Cengar-cengir)

Di Kolombia saja, sebagai negara penghasil narkoba terbesar dunia hanya ditemukan tiga jenis narkoba; heroin, morfin, dan kokain. Begitu juga di Rusia. Sementara di Belanda terdapat lima jenis narkoba.

"Kita ini sampah, apa saja masuk. Namun kita malah santai. 70 persen permasalahan hukum di indonesia masalah narkoba. Penghuni lapas, 70 persen berisikan pelaku narkotika," paparnya.

Di hadapan mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, kapolres se Madura, kapolsek se Kabupaten Bangkalan, forum pimpinan daerah, dan sejumlah perguruan tinggi swasta se Madura, Buwas meminta permasalahan narkoba harus disikapi dengan tindakan luar biasa.

Ia pun meminta semua elemen bangsa waspada karena jaringan narkoba internasional terus mengembangkan pangsa pasar. Sementara bangsa Indonesia tidak mampu menekan pangsa pasar karena tidak bertindak.

"Genderang Proxy War telah ditabuh. Khusus sabu saja, ada 11 negara penyuplai. Di antaranya Tiingkok, Afrika, termasuk dua negara tetangga; Malaysia dan Singapura. Indonesia tidak re-ekspor, semua habis dikomsumsi," paparnya.

(Pengamat Intelijen: Hati-hati Operasi Asing Sengaja Adu Domba Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BIN)

Itulah kenapa, lanjutnya, pemerintah sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo, menyatakan perang terhadap peredaran dan penggunaan narkoba.

Dikarenakan, Indonesia akan dihapus dan dihancurkan di masa mendatang melalui narkoba. Sasarannya, pemuda, mahasiswa, dan pelajar. Bahkan, bayi usia dua tahun dan pelajar SD sudah terkontaminasi melalaui obat-obatan.

Buwas menjelaskan, jaringan narkoba telah menyisihkan 10 persen dari hasil penjualan. Dana tersebut digunakan untuk operasi jaringan regenerasi pangsa pasar dengan sasaran siswa dan anak-anak.

"Misal, hasil penjualan 1 kilogram sabu, 10 persennya untuk meracuni anak-anak dan siswa melalui makanan. Mereka membangun suatu kekuatan dengan pengaruh narkoba," jelasnya.

(Peredaran Narkoba di Kalangan Mahasiswa Kota Malang Diungkap Polisi, Modus Laten inilah yang Dipilih)

Hingga saat ini, BNN mencatat sebanyak 6 juta pengguna sabu di Indonesia. Setiap pengguna membutuhkan 1 gram sabu per minggu. Sehingga, kebutuhan sabu per minggu untuk 6 juta pengguna yakni sebanyak 6 juta ton.

Ghoangzou selaku wilayah produsen sabu di China, lanjut Buwas, tidak mau disalahkan atas peredaran sabu di Indonesia. Karena di China, semua warga boleh membuat apa saja termasuk nuklir.

"Warha China ditekankan harus produktif. Sementara kita komsumtif. Mereka bilang, yang salah yang menggunakan," ujarnya.

Karena itu, Buwas meminta semua elemen bangsa mulai dari emuda, mahasiswa, dan pelajar lebih waspada terhadap penyalahgunaan narkoba.

Karena jaringan narkoba menyasar generasi bangsa untuk menghancurkan Indonesia.

(Maju Pilgub Jatim Butuh Minimal Rp 500 Miliar, Granat Pelototi Aliran Dana Bandar Narkoba)

Menurutnya, generasi muda bangsa Indonesia mempunyai potensi besar sebagai pemimpin. Namun pada 2045 mendatang, generasi emas akan gagal jika peredaran narkoba gagal dimusnahkan.

Kenapa Presiden katakan darurat narkoba? Buwas menyatakan, karena dari Sabang hingga Merauke tak ada yang bebas narkoba. Semua provinsi hingga tingkat RT, Indonesia masih belum bebas narkoba.

"Madura bukan lagi pemakai tapi sudah penyuplai. Pulau-pulau di Indonesia dijadikan demikian. Itulah hebatnya jaringan narkoba," terangnya.

Ia menambahkan, BNN membutuhkan sinergitas karena tidak bisa bergerak sendirian dalam pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

"Di atas kertas, BNN tidak bisa apa-apa. Secara kualitas, kwantitas, apalagi anggaran. Karena itu BNN membangun sinergitas dengan semua instansi dan elemen," pungkasnya.

(Polda Jatim Tembak Mati Gembong Narkoba Jaringan Jalur Laut)

Sebelum memberikan kuliah umum, Buwas disuguhi testimoni dari mantan pengguna, pengedar, dan bandar narkoba, Fadhur Rosi. Ia kini menjadi anggota Komisi A DPRD Bangkalan peride 2014-2019.

"Lebih dari sepuluh tahun saya jadi pemakai dan pengedar. Akhirnya, di tahun 2007, saya menjadi bandar," ungkap politisi asal Partai Demokrat ini.

Menurutnya, Pulau Madura saat ini telah bergeser sebagai distributor narkoba. Karena itu, sosialisasi bahaya peredaran dan penggunaan narkoba ke semua sekolah lebih ditingkatkan.

Sementara itu, Rektor UTM Dr Drs Ec Muh Syarif, Msi mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih bersinergi dengan BNN untuk menekan peredaran dan penggunaan narkoba di lingkungan kampus.

"Di tahun 2010, kami sudah menggelar MoU dengan BNN. Kami perguruan tinggi negeri pertama yang bekerja sama dengan BNN," singkatnya. (Surya/Ahmad Faisol)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved