Kampung Etawa, Dulu Jadi Kebanggaan Presiden dan Bikin Warga Kaya, Sekarang Nyaris Tak Tersisa
Keberadaan Kampung Kambing Etawa kini nyaris tak berbekas. Dari jadi punjer nasional yang pernah jadi idola Presiden, kini tinggal sisa-sisa.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Tahun 2010 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengunjungi Desa Karangsono, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
Ketika itu, Karangsono menjadi sentra kambing Etawa yang dianggap terbaik di Indonesia, atau disebut juga Kampung Kambing Etawa. Namun kini hanya ada tiga peternak kambing etawa yang tersisa di kampung tersebut. Sangat ironis.
Muslikanan Ghofur (52) adalah sosok di balik keberadaan Kampung Etawa di Desa Karangsono. Ayah tiga anak ini yang merintis usaha peternakan kambing etawa sejak 2003.
Ketika itu Muslikan membeli kambing-kambing terbaik dari seluruh Indonesia.
“Saat itu saya beli bibit-bibit terbaik, kemudian dipakai bersama warga lain yang mau. Total ada 18 peternak yang bergabung,” terangnya.
Dandan, Biro Jodoh Tradisional ini Masih Digemari, Bisa Kaya Mendadak Jika Dapat Suami 3 Profesi ini
Masa kejayaan kampung etawa ini di tahun 2010 hingga 2013. Dari 18 peternak yang ada, jumlah kambing yang dipelihara mencapai ratusan ekor.
Muslikan sendiri mempunyai 200 ekor kambing. Namun di masa itu pula para peternak salah mengelola kambingnya.
Menurutnya, waktu itu sedang marak kontes kabing etawa. Harga kambing melonjak luar biasa. Dari harga Rp 2 juta tiba-tiba bisa mencapai harga Rp 30 juta per ekor.
“Lonjakan harga ini yang membuat para peternak terlena. Mereka banyak yang menjual kambingnya,” ucapnya.
Isu Sara Marak Jelang Pilgub Jatim, Para Tokoh Agama Merapatkan Barisan
Muslikan mencontohkan, ada seorang peternak dengan modal menjual sebuah motor Suzuki Satria untuk membeli dua indukan kambing etawa berkualitas.
Karena berkembang, ia terus menjual anakan dari dua indukan tersebut. Hasilnya peternak itu bisa membeli dua mobil.
Muslikan juga mengaku melakukan hal serupa. Saat itu banyak kambingnya dijual dan dibelikan tanah. Namun para peternak ini lupa, bahwa harga kambing terus meningkat.
Akibatnya saat stok kambing indukan sudah tidak produktif, banyak peternak yang tidak bisa membeli kembali kambing etawa.
Menteri Susi Hanya Lulus SMP, ITS Beri Gelar Doktor Honoris Causa, Ternyata Sertifikat ini Kuncinya
Satu per satu peternak di Desa Karangsono kehabisan kambing. Muslikan kini hanya mempunyai 50 ekor kambing etawa.
“Yang punya kambing lebih dari tiga ekor hanya tersisa tiga orang. Saya, Pak Kosim sama Kaji (Haji) Slamet,” ungkap Muslikan.
Masih menurut Muslikan, kini kambing etawa sudah naik kelas. Di bawah tahun 2013 kambing ini dipelihara oleh masyarakat menengah ke bawah.
Namun 2013 ke atas kondisinya bergeser, kambing etawa banyak dipelihara kalangan menengah ke atas.
Kambing-kambing berkualitas kini banyak dimiliki orang-orang kaya. Tujuannya lebih banyak untuk kontes. Sedangkan kambing yang dipelihara warga, kebanyakan di bawah kualitas kontes.
“Kalau kualitasnya di bawah kontes, pasti larinya ke kambing pedaging. Kalau betina bisa diambil susunya,” tutur Muslikan.
Ungkap Hubungan Badan Anggota DPRD Partai Hanura, Janda Muda Cantik ini Divisum Hingga
KPU Tolak Pendaftaran Partai Perindo jadi Peserta Pemilu 2019, ini Penyebabnya
Di Karangsono, Muslikan satu-satunya yang masih aktif mengikuti kontes. Sayangnya kambing andalan Muslikan tidak bisa berbicara banyal.
Padahal tahun 2005 hingga 2012 piaraan kambing Karangsono mendominasi kontes nasional.
Menurut Muslikan, kini tidak ada yang mendominasi kontes Presiden Cup. Juaranya merata dari seluruh Indonesia. Tulungagung masih menyumbangkan juara, meski bukan dari Karangsono.
Meski menjadi pemain tunggal di Karangsono, Muslikan masih optimis prospek kambing etawa. Kambing ini masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hanya saja selama ini Dinas Peternakan dinilai kurang memberikan perhatian.
“Yang banyak diadakan justru pelatihan. Menurut saya pelatihan itu tidak penting, hanya membuang anggaran. Perbanyak kontes, pasti peternak etawa akan bangkit lagi,” tegasnya.
Dua Siswa SMA ini Menghina Kiper Choirul Huda di Facebook, LA Mania Membalas, Begini Akibatnya
Bandar Sabu 2 Tahun Diburu, Saat Ditangkap Istri dan Warga Jadi Tameng, Polisi Dihujani Batu Hingga
Dia yakin, jika ada kontes para peternak akan berlomba-lomba menampilkan produk terbaiknya.
Peternak yang sudah kehilangan semangat, akan kembali bergairah memelihara etawa. Selain untuk kontes, daging kambing juga berharga lebih mahal dibanding daging sapi.
Dalam kondisi hidup harganya mencapai Rp 50.000 per kilogram. Susunya bahkan dihargai hingga Rp 250.000 per liter. Jauh lebih mahal dibanding susu sapi.
“Waktu jayanya kami menjual hanya Rp 40.000 per liter. Sehari menghasilkan minimal 20 liter susu,” pungkas Muslikan. (Surya/David Yohanes)