Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Bondowoso Punya Musik Tradisional ‘Tong-Tong’ yang Khas

Apa sebenarnya yang menjadi sense (rasa) dari dinamika musik? Setidaknya banyak aspek bernilai estetis dari musik.

Editor: Edwin Fajerial
ISTIMEWA
Grup musik ‘Tong-Tong asal Bondowoso 

TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Apa sebenarnya yang menjadi sense (rasa) dari dinamika musik? Setidaknya banyak aspek bernilai estetis dari musik.

Mulai dari kontur (naik turun melodi), timbre (warna suara), reverberasi (akustik ruang), irama, hingga style (gaya), dan sebagainya.

Ada hal menarik dari musik ‘Tong-Tong’ yang dipergelarkan di acara Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (22/04/2018).

Grup musik ‘Tong-Tong’ ini hadir memperkuat pertunjukan seni drama tari bertajuk ‘Legenda Gunung Putri’ dan tarian ‘Molong Kopi,’ yang dipersembahkan kelompok duta seni dari Bondowoso, Jawa Timur.

‘Tong-Tong’ tampil inspiratif dan berhasil memadukan harmoni sekaligus menguatkan tematika cerita yang dibawakan.

Musik “Tong-Tong” sebenarnya tak beda dengan musik “Patrol’, yang juga berkembang di sejumlah daerah di Jawa Timur. Seperti Jember, Banyuwangi, Jombang dan kota-kota lainnya.

Namun kelompok seniman dari Bondowoso ini, tidak menyebut olah keseniannya sebagai musik ‘Patrol’.

“Kalau Patrol sudah identik dengan daerah lain, seperti Jember. Kami ingin Bondowoso juga punya musik tradisional yang khas, yaitu ‘Tong-Tong,” ujar Endah Listyorini, sutradara pertunjukan ini sekaligus wakil seniman dari Kabupaten Bondowoso seperti dalam rilis yang diterima TribunJatim.com, pada Selasa (24/4/2018).

Musik ‘Tong-Tong’ menggunakan alat musik sederhana berupa kentongan.

Terbuat dari kayu dan bambu dengan berbagai skala ukuran, yang menimbulkan beragam bunyi-bunyian.

Terkesima Saksikan Silat Madura di Bondowoso, Puti Soekarno Ingin Lakukan Ini )

Semua jenis kentongan ini dikolaborasikan menjadi satu sajian suara yang indah dan enak didengar.

Keindahan musik ‘Tong-Tong’ Bondowoso, menciptakan berbagai sensasi nada.

Membawa penikmatnya seakan-akan menyatu dengan alam.

Musik ini memiliki nilai-nilai filosofis ke-alam-an dalam setiap dentuman bunyinya.

Memberi ruang penyadaran, bahwa manusia dan alam adalah satu dan bersifat mutualisme.

“Keduanya memiliki kesamaan yang padu. Hubungan manusia dengan alam harus seimbang. Artinya, manusia tidak boleh merusak alam jika tidak ingin dirusak oleh alam,” kata Ryan, penata musik pertunjukan ini.

Seni drama tari ‘Legenda Gunung Putri’ mengisahkan cerita rakyat dari daerah Bondowoso. S

Sebagian masyarakat meyakini tentang adanya seorang putri yang bertapa di sebuah gunung tertelak di Desa Pelinggihan Wringin.

Dalam pertapaannya, sang putri akhirnya tertidur selamanya.

Sejak itu hingga kini gunung tersebut diberi nama ‘Gunung Putri.’

Saksikan Pencak Dor, Gus Ipul Berkomitmen Beri Perhatian dan Jaga Kelestarian Kesenian Lokal )

Cerita lakon ini ditulis Junaidi, dan disutradarai sekaligus penata tari, Endah Listyorini, S.Sn. Musik digarap Ryan dan Kelompok Musik Tong-Tong.

Kemudian tata panggung dan property dipercayakan kepada Em Syahri dan Emi Puji Astuti.

Di kabupaten Bondowoso ada belasan situs Megalitik, antara lain; Dolmen (batu sesaji), Punden berundak (tempat pemujaan), Sarkofagus (penyimpan jenazah/kubur batu), batu Menhir, batu Kenong, Pelinggih dan Stunchambers (batu ruang).

Ada juga Goa Buto, Ekopak, Abris Sous Roche (goa ceruk batu karang), dan kekayaan alam lain, yang merupakan potensi destinasi pariwisata Bondowoso.

Kekayaan alam ini juga dipresentasikan dan menjadi bagian dari pertunjukan yang mereka tampilkan melalui empat pelawak pemain ‘Kentrung.’

Ikut menyaksikan pertunjukan ini, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso,Suparto; Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dwi Suyanto; dan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo.

Para Juri Pengamat, Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Nursilah (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Munarno (Praktisi, Analis Kesenian dan Budaya Daerah Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur), di Jakarta.

Setelah pergelaran dari Kabupaten Bondowoso, penyelenggara telah menyiapkan paket khusus Tari Jawa Timuran “Sang Guru” yang akan digelar dalam rangka memperingati “Hari Tari Dunia “(28 April 2018).

Pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, untuk agenda bulan April ini, akan ditutup dengan penampilan duta seni dari Kabupaten Tuban (29 April 2018) mendatang.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved