Serangan Bom di Surabaya
5 Fakta di Balik Serangkaian Teror Bom di Surabaya, Libatkan Anak-anak Jadi Modus Baru di Indonesia
Aksi pengeboman di tiga gereja Surabaya, Rusun Wonocolo, dan Mako Polrestabes Surabaya masih meninggalkan duka.
Penulis: Pipin Tri Anjani | Editor: Dwi Prastika
Menurut Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, aksi teror bom melibatkan anak merupakan yang pertama di Indonesia.
Baca: Ketua RT Beberkan Kepribadian Anton Ferdiantono, Teroris yang Disergap di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo
"Di Irak dan Suriah, aksi bom dengan melibatkan anak itu sudah pernah dilakukan. Tapi kalau di Indonesia, ini baru pertama. Memang memprihatinkan," kata Tito di Mapolda Jatim, Senin (14/5/2018) dikutip dari Warta Kota.
Catatan polisi, setidaknya ada tiga anak berusia di bawah 13 tahun yang dilibatkan dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya.
3. 'Bomber Keluarga' pertama kali di terjadi

Aksi teror yang terjadi di Surabaya melibatkan satu keluraga.
Cara ini merupakan cara baru yang digunakan oleh teroris saat melakukan aksi serangan bom.
Baca: Terlihat Sehat dan Sempat Makan Sate, Begini Potret Gogon Srimulat Sebelum Meninggal Dunia
Dikutip dari Tribunnews.com, Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan modus teror satu keluarga ini bisa ditiru oleh kelompok teroris lain.
"Kalau misalnya dikatakan menjadi pendorong, menjadi pemicu untuk yang lainnya, mungkin bisa saja bagi sel-sel yang tertidur. Yang sudah tidak sabar lagi untuk menuju 'surga,' mewujudkan keinginan mereka, hanya menunggu waktu saja. Bisa lebih cepat dia lakukan, makanya kewaspadaan perlu ditingkatkan," ujarnya saat diwawancarai oleh Die Welt (DW).
4. Tiga titik hampir secara bersamaan

Aksi teror di Surabaya terjadi di tiga titik secara hampir bersamaan.
Hal ini merupakan kali pertama kali terjadi di Indonesia.
Baca: Pengamanan Mall Pelayanan Publik di Gedung Siola Diperketat, Pengunjung Tidak Lagi Was-was
Sebelumnya, dalam kasus bom Bali pada 2002 lalu, ledakan terjadi di dua lokasi hampir bersamaan.
Sedangkan ledakan ketiga baru menyusul beberapa waktu setelahnya.
Umumnya, aksi bom bunuh diri terjadi dengan jeda berminggu-minggu.
Aksi teror di Surabaya ini menujukkan serangan koordinasi.