Semarak Ramadan 2018
Fakta Seputar Hilal, Tiga Hal Melihat Waktu Awal Puasa 2018 hingga Ada yang Palsu dan Menipu Mata
Melalui mekanisme sidang isbat tersebut, Kemenag akan menetapkan 1 Ramadan 2018 atau awal puasa Ramadan 2018 di Indonesia.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Kementerian Agama (Kemenag) akan gelar sidang isbat penentuan jadwal awal Ramadan 1439 Hijriah atau awal Ramadan 2018, Selasa (15/5/2018).
Melalui mekanisme sidang isbat tersebut, Kemenag akan menetapkan 1 Ramadan 2018 atau awal puasa Ramadan 2018 di Indonesia.
Sebelumnya, Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadan 2018 atau awal puasa 2018 jatuh pada hari Kamis 17 Mei 2018.
Baca: Teror Bom Merebak, Muncul Banyak Kabar Hoax Hingga Provokasi, Jangan Panik, Laporkan Disini!
Dilansir dari Kompas.com, proses sidang isbat dijadwalkan berlangsung selepas salat Magrib, usai adanya laporan hasil rukyatul hilal dari lokasi pemantauan.
"Kemenag akan menurunkan sejumlah pemantau hilal di seluruh provinsi di Indonesia," ujar Juraidi, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI.

Prosesnya, petugas akan mengamati kenaikan bulan sabit dengan mata telanjang atau dengan menggunakan teropong.
Sering disebut menjelang awal dan akhir Ramadan, tahu nggak sih apa itu hilal?
Baca: Temuan Bom di Rumah Pelaku Ledakan Polrestabes Surabaya di Medokan Ayu Akan Diledakkan
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasannya:
1. Bulan sabit tipis

Dilansir dari BanjarmasinPost, hilal adalah bulan sabit tipis yang jadi acuan penentuan awal bulan dalam kalender Islam.
Biasa menjadi penanda mulainya bulan baru, termasuk awal Ramadan.
Sejumlah kalangan biasa menggelar pengamatan hilal dengan teleskop dari sejumlah daerah.
2. Tiga tahapan melihat hilal

Melansir dari Alarabiya, terdapat tiga tahap untuk melihat bulan sabit.
Tahap pertama, bulan sabit akan terlihat sebelum matahari tenggelam.
Bulan akan mengakhiri siklus bulanan mengelilingi bumi dan memulai siklus baru.
Baca: Aisyah Bahar Meninggal Saat Tadarus dan Puasa Sunah, 3 Kisah Kematian Orang Ini Juga Bikin ‘Iri’
Tahap kedua, matahari tenggelam dan bulan sabit tetap di atas ufuk barat.
Pada tahap ketiga, bulan sabit tetap di langit setidaknya setengah jam setelah matahari terbenam.
3. Ada yang palsu dan menipu mata

Melihat hilal bukan hal mudah.
Bukan hanya lantaran keterbatasan pandangan manusia, tetapi juga kerap ada muncul hilal palsu hasil pencahayaan terhadap awan sehingga menyerupai hilal.
Baca: Meninggal di Pangkuan Ayahnya Saat Tadarus dan Puasa, Ini Deretan Kebaikan Aisyah Bahar Semasa Hidup
Lantas, bagaimana para ahli dan ulama yang biasa melakukan rukyah membedakan mana hilal itu palsu dan yang asli?
“Bisa ditentukan melalui bentuk dan posisi hilal itu sendiri ketika pertama kali tampak,” ujar Ustaz Rahman Helmi Msi, ahli astronomi atau ilmu hisab di hadapan jemaah Masjid Hasanuddin Madjedi, dikutip dari Banjarmasinpost.co.id edisi Minggu (7/6/2015).
Menurutnya, hilal yang asli berbentuk seperti huruf U dengan posisi menghadap titik matahari.
Baca: Jelang Ramadan dan Lebaran, Bank Syariah Mandiri Siapkan Uang Baru Tiga Kali Lipat
“Bukan sebaliknya seperti huruf 'n' atau yang posisi miring. Jadi kalau bentuknya tidak seperti ini artinya hanya pandangan atau bentukan cahaya,” ujarnya.
4. Syarat agar dapat melihat hilal
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, terdapat beberapa persyaratan umum agar hilal dapat terlihat.
Pertama, posisi elongasi atau jarak bulan dan matahari minimal 6,4 derajat.
"Kedua, ketinggiannya minimal 3 derajat. Nah pada saat Magrib nanti ketinggian sudah 8 derajat, jadi sudah cukup tinggi. Jadi berdasarkan kriteria visibilitas hilal ini mungkin untuk bisa dilihat dengan mata telanjang," kata Thomas.
Baca: Begini Sosok Terduga Teroris yang Ditembak Mati di Puri Maharani Sukodono Sidoarjo di Mata Warga
Meski demikian, hilal akan terlihat sangat redup.
Cahaya senja juga menjadi salah satu faktor pengganggu.
Agar lebih jelas melihat hilal, Thomas menyarankan untuk menggunakan teleskop.
Beberapa teleskop telah dilengkapi dengan sistem komputerisasi.
Dengan memasukkan posisi bulan, teleskop akan mengikuti jalannya bulan.