Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Beberapa Wilayah Indonesia Alami Suhu Terendah hingga Tanaman Diselimuti Es, Ternyata ini Sebabnya

Beberapa wilayah mengalami penurunan suhu yang begitu signifikan. Kejadian ini terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Penulis: Pipin Tri Anjani | Editor: Dwi Prastika
Tribunjateng.com/Khoirul Muzaki
Tanaman pertanian di desa Sembungan Kejajar Wonosobo terkena embun beku. 

TRIBUNJATIM.COM - Beberapa wilayah mengalami penurunan suhu yang begitu signifikan.

Kejadian ini terjadi di wilayah Jawa Barat termasuk Bandung, Dieng dan juga Yogyakarta.

Dikutip dari Tribunnews.com, suhu udara di wilayah Yogyakarta akhir-akhir ini jauh lebih dingin dari biasanya.

Berdasarkan data weather.com, suhu terendah berada di angka 19 derajat celcius pada hari Jumat (6/7/2018) yang terjadi sekitar pukul 03.00 WIB.

Sedangkan di dataran tinggi Dieng muncul embun beku yang terlihat mulai subuh hari ini, Jumat (6/7/2018).

Baca: Beredar Petisi Tolak Lagu BTS dan EXO Diputar di Piala Dunia 2018, Netizen Protes Tak Terima

Berdasarkan pantuan TribunJateng,com, butiran embun yang melapisi tanaman dan rerumputan berubah mengkristal serupa es batu.

Hamparan tanaman hijau di perkebunan warga berubah memutih bak salju di negeri empat musim.

Embun beku kali ini terbentuk cukup tebal.

Fenomena alam ini bahkan mencakup wilayah cukup luas.

Baca: Unggah Foto dan Tulis Caption Romantis, Randy Pangalila Lamar Sang Kekasih di Kanada

Selain muncul di seputar kawasan Candi Arjuna Dieng Banjarnegara, fenomena langka ini juga muncul hingga kawasan wisata Bukit Sikunir di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo.

"Mulai dari Sikunir, Dieng, kena semua," kata Bukhori, warga Desa Sembungan Wonosobo dikutip dari TribunJateng.com.

Fenomena embun beku ini ditandai dengan penurunan suhu hingga minus 5 derajat celcius.

Gejala bun upas (embun beku) sebetulnya telah disadari warga sebelumnya.

Baca: Wings Air akan Buka Rute Baru Surabaya-Labuan Bajo PP, Ini Nih Jadwal Penerbangannya!

Masyarakat Dieng mensinyalir gejala alam yang menandai munculnya fenomena tahunan itu.

Menurut Bukhori, sejak tiga hari lalu, suhu di dataran tinggi Dieng amat panas.

Kemudian cuaca berubah mendung kehitaman, namun tiada angin berhembus kencang.

Fenomena bun upas juga ditandai penurunan suhu yang drastis.

Baca: Menakjubkan, 10 Fenomena Alam ini Jarang Ditemukan di Dunia, Indah Banget sampai Bikin Mata Terpana!

Bukhori mengatakan, suhu Dieng saat ini sangat dingin hingga membuat tubuh menggigil.

Lantas apa yang menyebabkan penurunan suhu di beberapa wilayah?

Penyebab penurunan suhu di beberapa wilayah ini dijelaskan oleh BMKG.

Saat dihubungi Kompas.com, Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, wilayah Indonesia memang rentan terhadap perubahan iklim atau cuaca.

Baca: Tunjukkan Kemampuan, Lee Chae Yeon Produce 48 Dinilai seperti Penari Profesional daripada Idol

Saat ini, Indonesia juga memasuki puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus.

Informasi yang sama disampaikan melalui akun resmi Twitter BMKG, @infoBMKG.

"Menurut Kepala Bagian Humas #BMKG Hary Tirto Djatmiko, Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus ini. Dengan indikator aktifnya monsun Australia, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia," demikian twit @infoBMKG.

Aliran massa tersebut menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah di Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa.

Baca: 10 Potret Tzuyu TWICE, Pesonanya Sampai Bikin Seorang Fotografer Bengong, Pose Mana Favoritmu?

Daerah tersebut antara lain Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.

BMKG juga menyebutkan bahwa saat ini merupakan puncak musim kemarau yang ditandai dengan suhu yang lebih dingin, dan angin lebih kencang.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi udara dingin yang terjadi di beberapa daerah ini.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat Muhamad Iid Mujtahiddin.

Baca: Nekat Melawan dengan Senjata Tajam saat akan Ditangkap, Begal Sadis di Lamongan Dilumpuhkan Polisi

Muhamad Iid mengatakan kondisi dingin ini lebih dipengaruhi oleh musim dingin di Australia.

"Puncak musim dingin di Australia berkisar antara bulan Juli, Agustus, dan September. Selain itu ada trigger berupa gangguan badai Maria di perairan sebelah timur laut Filipina yang menyebabkan cepatnya sampai kondisi dingin dari Australia ke wilayah Jabar khusunya," ujarnya via ponselnya, Jumat (6/7/2018) dikutip dari TribunJabar.com.

Suhu dingin ini, sambungnya, merupakan hal yang wajar dan setiap tahun pasti akan terulang, terutama bagi wilayah yang berada di zona musim yang dipengaruhi oleh angin musim.

Baca: Beras Sachet 200 Gram Produksi Bulog Bisa Bertahan hingga Tiga Bulan

Yuk subscribe YouTube Channel TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved