Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah
Kisah Estu, Dosen UMM yang Berjuang Keluar Palu setelah Gempa dan Tsunami
Dr Estu Widodo, seorang dosen di Univeraitas Muhammadiyah Malang (UMM) merasa senang bisa kembali ke rumahnya di Perumahan Muara Sarana Indah (MSI)
Penulis: Benni Indo | Editor: Yoni Iskandar
Pintu kamarnya tak bisa dibuka karena tertahan oleh bangunan yang retak. Keluar dari jendela pun bukan jalan keluar karena posisinya berada di lantai 4.
Tak lama berselang, datang gelombang tsunami yang membanjiri lantai satu hotel. Hantaman ombak yang keras itu meluluhlantakkan lantai dasar.
Banyak korban meninggal yang terseret. Bahkan, kata Estu, resepsionis yang menerimanya saat datang juga menjadi korban meninggal.
"Anaknya masih muda," katanya singkat.
Estu masih belum bisa keluar hotel. Sementara hotel sudah mengalami kerusakan parah. Ia hanya tiduran di lantai samping kasur sembari jaga-jaga apabila nanti terjadi gempa susulan.
"Saya sebagai orang Islam hanya bisa berdoa. Saya sempat merasa bahwa hidup saya akan berakhir disini," ungkapnya.
Karena listrik mati, Estu langsung menonaktifkan HP nya. Sesekali dia menyalakan kembali untuk memeriksa apakah ada sinyal.
Bahkan meskipun tak ada sinyal, dia sempat berkirim pesan kepada istrinya yakni meminta agar pihak keluarga ikhlas apabila dia tidak bisa pulang dengan selamat.
Lulusan S1 Universitas Negeri Jember (Unej) ini bertahan selama 12 jam di kamar hotel, sejak pukul 17.00 WITA hingga pukul 06.00 WITA keesokan harinya, Sabtu 29 September 2018. Pada Sabtu pagi, Estu keluar dari hotel dengan cara memecah jendela.
Ia keluar menggunakan gorden kamar yang disambung menjadi panjang. Gorden itu ia ikatkan di kursi dan ditahan oleh kasur.
"Karena kalau di ikatkan di tembok, saya khawatir ambrol dan bangunannya menimpa saya," urainya.
Sembari menyelamatkan diri, Estu sempat membawa barang pribadinya yang masih bisa diselamatkan seperti laptop dan beberapa pakaian.
• Punya Hubungan Istimewa,Ibrahimovic Tak Ada Kemungkinan Kembali ke AC Milan
Saat turun menggunakan gorden, dia juga mendapatkan bantuan tangga yang dipasang di dinding luar hotel oleh petugas hotel yang selamat.
"Kamar saya yang lantai 4 jadi lantai 3 karena bangunan lantai 1 nya hilang terkena tsunami. Saat tiba dibawah saya sempat berdiam diri sejenak dan memandangi hotel yang rusak parah," kenangnya.
Pagi itu juga, Estu berangkat ke Universitas Tadulako (Untad) untuk menjalankan tugasnya dari Kemenristekdikti. Tak mudah untuk menuju lokasi karena transportasi tidak ada. Pun jalanan rusak parah.