Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah
Kisah Estu, Dosen UMM yang Berjuang Keluar Palu setelah Gempa dan Tsunami
Dr Estu Widodo, seorang dosen di Univeraitas Muhammadiyah Malang (UMM) merasa senang bisa kembali ke rumahnya di Perumahan Muara Sarana Indah (MSI)
Penulis: Benni Indo | Editor: Yoni Iskandar
Dengan berbagai cara dan lobi, ia akhirnya mengendarai ojek menuju lokasi dengan ongkos Rp 125 ribu. Setibanya di sana, ternyata acaranya dibatalkan karena ada bencana alam.
Sejumlah mahasiswa dan dosen juga dikabarkan terjebak di dalam kampus. Estu pun memutuskan untuk segera pulang ke Malang.
Sepanjang perjalanan, ia melihat bangunan yang porak poranda. Saat itu, dia tidak melihat banyak mayat di jalan. Kemungkinan masih belum dievakuasi dan posisi mayat masih tertimbun.
Keesokan harinya, Minggu 30 September 2018, dia berencana pulang ke Malang menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU yang digunakan mengangkut para pengungsi. Namun upaya itu gagal. Estu harus bersabar hingga hari berikutnya.
"Soalnya pesawat darurat ini diprioritaskan untuk orang tua, ibu-ibu, orang sakit dan anak," bebernya.
Lulusan S3 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini kemudian memutuskan untuk bermalam sehari lagi di Kota Palu. Ada seorang pendeta yang membantu Estu. Di situ, Estu bisa beristirahat dan mengisi daya baterai ponselnya.
Kepulangam dengan pesawat susah, akhirnya Estu memutuskan untuk keluar dari Kota Palu menggunakan jalur darat pada Senin 1 Oktober 2018.
Ia naik bus ke Gorontalo dengan waktu tempuh 24 jam. Padahal, estimasi waktunya 15 jam. Berhari-hari terkatung-katung, pakaian Estu terlihat kotor dan kusam.
"Mesin sempat rusak, terus ganti ban. Waktu itu bisa juga kehabisan solar. Lama sekali karena memang kondisi macet panjang juga," katanya.
Begitu telah keluar dari Kota Palu, Estu merasa kega. Jalanan mulai lancar. Kehidupan normal juga mulai ia lihat.
Saat itu juga, ia sempat menghubungi keluarga yang ada di rumah karena ada sinyal.
Estu akhirnya tiba di Bandara Jalaluddin, Gorontalo, pukul 11.00 WITA, Selasa 2 Oktober 2018. Dia menyempatkan diri untuk mandi dan membeli pakaian ganti.
Estu mandi di kamar kecil bandara. Ia menadi mengenakan semprotan yang berada di kamar kecil. Bukan kamar mandi.
Petugas pun sempat curiga karena lantai kamar kecil itu basah oleh air. Namun Estu tak terlalu mempedulikan pandangan curiga petugas.
Setelah itu, Estu bisa berangkat dengan pesawat Garuda. Dia sempat transit di Makassar sehari. Dalam kesempatan itu, ia membeli kebutuhan sandang dengan uang secukupnya.