Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah
Kisah Korban Gempa dan Tsunami Palu Asal Mojokerto, Tembok Rumah dan Jalan Retak hingga Banyak Hoax
Khusnul Khotimah (37) dan Syarifur Roji (35) merupakan warga Mojokerto yang selamat dari bencana gempa dan tsunami Palu.
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Khusnul Khotimah (37) dan Syarifur Roji (35) merupakan warga Mojokerto yang selamat dari bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Warga Dusun Ketok, Desa Tunggal Pager, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, itu tiba di Mojokerto pada Selasa (2/10/2018) pukul 20.00 WIB.
Mereka mengaku terlambat menerima informasi kedatangan pesawat Hercules.
Pesawat Hercules pertama yang digunakan untuk mengevakuasi korban selamat tiba di Bandara Juanda Surabaya pada Sabtu (29/9/2018).
• Bantu Korban Gempa Palu, Adelia Pasha Tenangkan Ibu-ibu dengan Beri Pelukan, Sikapnya Banjir Pujian
"Kami baru mendapat informasi kedatangan pesawat Hercules pada Minggu (30/9/2018) malam," kata Khusnul, Kamis (4/9/2018).
Agar dapat masuk ke dalam lambung pesawat, mereka harus rela berdesakan dengan ribuan orang dan terpaksa keluar dari area Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie selama satu hari.
Jarak antara rumah mereka ke bandara hanya memakan waktu 5 menit.
"Minggu malam kami sampai di bandara. Di sana sudah ada ribuan orang yang mengantre. Kami tidak langsung dievakuasi. Kami juga sempat keluar dari area bandara, karena pada Senin pagi, Roji berniat membeli makanan untuk anaknya. Ternyata orang yang sudah keluar dari pintu gerbang tak dapat masuk lagi. Saya akhirnya memilih keluar juga," ujarnya.
• Persela Vs PSIS Semarang, Aji Santoso Waspadai Kebangkitan Laskar Mahesa Jenar Asuhan Jafri Sastra
Mereka akhirnya sementara mengungsi di Kantor BMKG yang letaknya tak jauh dari bandara.
"Kami sampai Selasa di Kantor BMKG. Di sana ada listrik. Handphone saya on (hidup) terus. Saya dapat memberi kabar untuk keluarga di Mojokerto dan memantau informasi terkait gempa dan tsunami dari Facebook," terangnya.
Dia menambahkan, bukan berarti berada di sekitar bandara semua kebutuhan terpenuhi.
Khusnul mengatakan, dalam sehari mereka hanya makan nasi satu kali.
Di hari pertama (Minggu) masuk bandara mereka hanya diberi satu mie instan cup tanpa air panas.
"Dalam sehari, kami cuman makan nasi sekali. Kami juga diberi mie instan tapi tidak dikasih air panas. Makannya terus bagaimana?" Ungkapnya.
• Berikut Tips Hadapi Gempa, Ini yang Harus Kamu Lakukan Sebelum, Selama dan Setelah Gempa Bumi
Khusnul dan keluarganya, baru bisa masuk ke area landasan pacu bandara setelah dibantu oleh seorang temannya.