Aremania Adukan Koordinator Save Our Soccer ke Polisi, Akmal Marhali : Pengadu Gagal Paham
Aremania Adukan Koordinator Save Our Soccer ke Polisi, Akmal Marhali : Pengadu Gagal Paham.
Penulis: Benni Indo | Editor: Sudarma Adi
Dikonfirmasi terpisah, Akmal Amali mengatakan baru mengetahui kalau dirinya diadukan.
Menurutnya, aduan ke polisi itu akibat ketidaktahuan pihak pengadu.
“Saya juga baru tahu. Kalau menurut saya gagal paham kali ini teman-teman dengan pernyataan saya. Jangan-jangan dia juga tidak mengetahui dan tidak memiliki rekaman apa yang saya sampaikan. Tapi buat saya tidak apa-apa, kalau memang itu harus ditempuh, tidak masalah buat saya,” ujar Akmal saat dihubungi melalui saluran ponsel.
Akmal menegaskan, dia bisa mempertanggungjawabkan semua ucapannya.
Di sisi lain, ia juga menyayangkan jika aduan yang dilayangkan tidak memiliki landasan hukum dan bukti yang kuat.
Justru Akmal mengancam akan melakukan gugatan balik, karena selama ini dirinya juga mendapatkan teror serta perundungan.
“Kasihan juga teman-teman Aremania kalau datanya mentah karena salah paham menginterpretasikan,” kata Akmal.
Dijelaskan Akmal, saat itu ia sedang bicara soal rangkap jabatan.
Katanya, rangkap jabatan di tubuh PSSI harus disudahi karena akan membuat konflik.
“Apalagi di partai-partai krusial. Sehingga ke depannya setiap pertandingan akan dikaitkan dengan orang-orang yang di PSSI,” kata Akmal.
Dengan adanya persepsi seperti itu, kata Akmal, perjuangan pemain di lapangan tidak ada maknanya karena segala sesuatunya dikaitkan dengan rangkap jabatan pengurus klub yang ada di PSSI.
“Orang berfikir ini semua ada orang di PSSI. Karena itu rangkap jabatan ke depan harus disudahi. Mereka harus memilih antara pegang klub atau mengurus PSSI. Itu saja. Tidak ada soal match fixing dan sebagainya,” tegasnya.
Ditanya terkait ucapannya tentang Arema FC dan PSIS, Akmal menjelaskan kalau saat itu ia sedang memberi contoh terkait banyaknya anggapan orang tentang rangkap jabatan.
Saat itu ia mencontohkan kondisi Arema FC dan PSIS, sehingga bukan menuduh kedua klub tersebut.
“Ya kan kita lagi contoh perjuangan Arema FC dan PSIS yang akhirnya menjadi tidak sempurna karena semua orang beranggapan seperti itu. PSIS awal musim di bawah bersama Arema, kemudian ketika mereka selamat dari degredasi akhirnya orang berkesimpulan, jangan-jangan ada orang dalam nih. Padahal itu semua hasil perjuangan pemain,” jelasnya.
Menurut Akmal, orang-orang wajar jika berpikir seperti itu karena masih ada orang berpengaruh di dalam PSSI.
“Profesionalisme sepakbola di Indonesia belum sepenuhnya bisa dijalankan. Makannya untuk menghilangkan itu semua, rangkap jabatan disudahi,” tegasnya.