Sengaja Mainkan Ritual Sakral Tari Caci Agar Tak Lupa Adat Istiadat Selama Hidup di Perantauan
Luka itu diperoleh karyawan perusahaan swasta itu dari sabetan larik atau pecut dari lawannya, saat bermain tari perang khas Flores bernama Tari Caci.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Melia Luthfi Husnika
Selain sebagai hiasan, menurut Isfridus, Sapu juga bisa menjadi pelindung leher agar terhindar dari sabetan lawan.
• Seni Tari Daerah di Banyuwangi Mampu Saingi Konser Dangdut
Lalu dibagian pergelangan tangan terdapat ornamen Selendang yang diikat, membungkus pergelangan tangan.
Kemudian, dibagian pinggang sisi belakang terdapat ornamen seperti ekor yang terangkat ke atas, bernama Deki.
Kata Isfridus, terbuat dari rotan, dan memiliki fungsi antisipasi sabetan Larik dari lawan yang berpotensi melecut melukai tulang belakang.
Lalu ada beberapa rangkaian lonceng sapi berukuran kecil bernama Garong.
Suara bergemelinting dari lonceng Garong, menurut Isfridus, terdengar khas seakan mengiringi gerakan hentakan tubuh para petarung.
Dan satu hal yang paling penting dari kostum para petarung Caci, lanjut Isfridus, semua petarung diharuskan mengenakan celana panjang berwana putih.
"Itu melambangkan kesucian dan kemurnian tradisi ini yang diturunkan leluhur," lanjutnya.
Meski tengah hidup ditanah rantauan Surabaya, Isfridus mengaku, butuh waktu tiga bulan untuk berlatih mempersiapkan pertarungan hari ini.
Selama latihan, ia memberikan porsi lebih pada sesi latihan menangkis sabetan lawan.
Menurutnya, keterampilan menghindar sabetan Larik lawan adalah yang paling penting dalam memenangkan pertarungan Caci.
Selain itu, latihan Tes Vokal ternyata juga menjadi fokus latihan khusus bagi Isfridus.
"Tes vokal itu untuk latihan membacakan slogan atau Paci seusai bertarung atau berhasil menangkis sabetan lawan," pungkasnya.