Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Petani di Malang Enggan Tanam Ketan karena Persepsi Masa Panen Lama, ini Tanggapan Dosen Unisma

Alumnus S3 Universitas Brawijaya Malang ini menyatakan, ada beberapa varietas padi ketan yang bermasa panen seperti padi.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Ani Susanti
SURYA/SANY EKA PUTRI
Ilustrasi - Lahan padi di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, yang gagal panen karena kekurangan air saat musim kemarau, Rabu (28/11/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Petani di Malang enggan menanam padi ketan karena persepsi masa panen lama daripada beras.

Padahal harga padi ketan cukup mahal yaitu Rp 21.000 per kg, sedangkan beras berada di kisaran Rp 11.000-Rp 12.000 per kg di pasar.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang (Unisma), Sunarwan.

"Padahal varietas padi ketan ada yang usia panennya sama dengan padi. Sehingga pemerintah harus lebih menyosialisasikan ke petani mengenai itu," ujarnya pada SURYAMALANG (grup TribunJatim.com), Jumat (18/1/2019).

Alumnus S3 Universitas Brawijaya Malang ini menyatakan, ada beberapa varietas padi ketan yang bermasa panen seperti padi.

Misalnya lusi unggul, grendel subang, variestas dari Malang dan lain-lain.

Dengan makin banyak petani yang menanam padi ketan, maka bisa ketergantungan pada import ketan.

Demi Temui Lelaki yang Dikenal di FB, Gadis Asal Cilegon Malah Terlantar di Kota Malang

Data yang dihimpun dari Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian, pada 2018 telah ada izin impor ketan sebanyak 65.000 ton kepada dua perusahaan.

Impor ketannya ke Thailand dan Vietnam.

Impor dilakukan karena produksi ketan lokal mencapai 80.000 ton per tahun.

Sedang kebutuhan ketan mencapai 150.000 ton per tahun.

Produksi ketan sebagian besar diserap pabrik.

"Saya ingin makin banyak petani yang menanam padi ketan," jelas Sunarwan.

Bedah Konsep Ekonomi Gus Dur, Rizal Ramli Soroti Impor: Prabowo Berani Hilangkan, Jokowi Belum Jawab

Selain soal persepsi, juga karena beras adalah makanan utama masyarakat Indonesia.

Sehingga semua lahan ditanami padi.

"Sehinga ada kekhawatiran petani jika menanam ketan terkait serapannya kemana karena semua makan beras," ujarnya.

Sentra tanaman padi ketan, antara lain di Kabupaten Subang dan Kabupaten Lumajang.

Cawapres Sandiaga Uno Akan ke Malang Raya Makan Ketan, Moreno Soeprapto Siapkan Sambutan Khusus

Sunarwan mengaku dirinya telah melakukan penelitian mengenai meningkatkan efisiensi energi matahari melalui teknologi budaya tanaman pada ketan.

Kesulitan didapat untuk mencari lahan petani ketan.

Akhirnya ia memakai lahan sendiri di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

Energi matahari yang turun ke bumi ditangkap tanaman, ada yang diserap dan dipantulkan.

Dari yang diserap kemudian dikonversi menjadi hasil panen.

Agar hasil produksi banyak, lanjut Sunarwan, maka perlu melakukan antara lain perbaikan sistem budi daya, jalan tanam, umur bibit dan varietas. (Sylvianita Widyawati)

Sandiaga Uno akan Kunjungi 5 Wilayah di Jawa Timur, Kenalkan Program OK OCE hingga Olahraga Pagi

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved