Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perajin Tempe Tradisional di Desa Panarukan Malang Terancam Punah, Tak Diminati Generasi Muda

Perajin Tempe Tradisional di Desa Panarukan Malang Terancam Punah, Tak Diminati Generasi Muda Karena Proses Produksi Tempe Saja Butuh Waktu 4 Hari.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Sudarma Adi
SURYA/ERWIN WICAKSONO
Salah satu pengrajin tempe di Desa Penarukan, Kecamatan Kepanjen, sedang memilah kedelai yang sudah didiamkan selama semalam, di dapur rumahnya, Selasa (25/2/2019). 

Setelah itu, kedelai yang sudah direbus, dihancurkan menjadi butiran kecil-kecil.

"Setelah itu semua kedelai dan kacang digelar untuk dibentuk kemudian dikasih ragi. Baru setelahnya dibiarkan selama dua hari. Jadi untuk proses produksi tempe itu memakan waktu 4 hari lamanya," tuturnya.

Satuni menjual tempenya per potong dengan harga Rp 2 ribu. Setiap sekali produksi, ia bisa menjual seratus potong tempe.

Pemasarannya, ia cukup menjual di sekitar Desa Panarukan dan di warung yang sudah berlangganan dengannya di dekat pasar Kepanjen.

Satuni kini masih lega-lega saja karena harga kedelai masih stabil. Namun ketika harga bahan baku kedelai naik ia terpaksa memutar otak.

"Ya kalau dollar lagi naik atau bensin naik ya kedelai terpaksa naik. Kalau pas naik itu pusing, ya terpaksa memperkecil ukuran tempe," tutur ibu dengan dua anak itu.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved