Kilas Balik
Cerita Saat Jepang Tak Lagi Dukung Soekarno Jelang Supersemar, Istri Sang Presiden Sempat Dilibatkan
Inilah cerita saat Jepang mengalihkan dukungannya dari Soekarno jelang Supersemar. Ada kisah peran dari istri kedua sang presiden.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Pipin Tri Anjani
Menurut penuturan Aiko, Jepang saat itu menerapkan politik diam atau wait and see.
Pada awal bulan Januari 1966, Dewi Soekarno (Ratna Sri Dewi), istri Bung Karno yang berdarah Jepang berkunjung ke Negeri Sakura.
Ia menyerahkan surat dari Soekarno kepada Perdana Menteri Sato.
Namun, responsnya dingin.
"Tidak ada bantuan atau nasihat dari Jepang untuk Soekarno saat itu," ungkapnya.
• 6 Foto Gantengnya Soeharto di Masa Muda, Saat Masa Supersemar hingga G30S/PKI, No 5 Bikin Terpesona
Lebih lanjut, Aiko menceritakan, saat Indonesia mulai bergejolak, media massa Jepang banyak memberitakan bahwa Soekarno akan meminta suaka ke Jepang.
Pemerintah Jepang sudah yakin bahwa Soekarno akan jatuh.
Maka dari itu, Jepang berinisiatif untuk mendukung kelompok-kelompok yang anti-Soekarno.
• 5 Fakta Misteri Supersemar, Naskah Asli yang Menghilang hingga Jadi Awal Peralihan Kepemimpinan
Jepang juga memprediksi bahwa Soekarno akan meminta suaka karena istri keduanya itu, Dewi Soekarno, sudah kembali ke Jepang.
Bahkan, kata Aiko, Dewi Soekarno pernah bercerita kepada dirinya, ada seorang pejabat pemerintahan Jepang yang memberikan 6 juta yen kepada seorang aktivis anti-Soekarno.
"Itu menurut penuturan dari Dewi Soekarno, meski setelah itu dibantah oleh Pemerintah Jepang," kata Aiko.
Artikel Kompas.com.

Ketakutan Soekarno Saat Istana Dikepung Pasukan Liar Jelang Lahirnya Supersemar
Dilansir dari Kompas.com, hari Jumat, 11 Maret 1966, seharusnya menjadi hari yang biasa bagi Presiden Soekarno dalam memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka.
Semua menteri hingga kepala lembaga diperintahkan wajib hadir dalam rapat paripurna pertama Kabinet 100 menteri yang merupakan hasil reshuffle Kabinet Dwikora yang didemo mahasiswa.