Warga Umbulsari Jember Juga Jual Aset dari Sawah Hingga Bengkel Buat Sangu Mondok ke Kasembon
Warga Kecamatan Umbulsari, Jember yang menjadi jemaah Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadi'in juga menjual beberapa asetnya.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Warga Kecamatan Umbulsari, Jember yang menjadi jemaah Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadi'in Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang juga menjual beberapa asetnya sebelum berangkat mondok ke Ponpes itu.
Aset yang dijual antara lain berupa sawah, juga bengkel. Hasil penjualan aset itu dipakai sebagai modal untuk mondok di Ponpes tersebut.
Tetapi ada juga yang berkeyakinan, mereka menjual aset karena harta benda tidak lagi dibutuhkan karena sebentar lagi kiamat.
"Ada yang menjual sawah seharga Rp 80 juta sebelum berangkat ke Malang. Ada yang menafsiri harta benda tidak berguna karena sebentar lagi kiamat," ujar Kepala Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari, Fauzi, Jumat (15/3/2019).
Warga Umbulsari yang mondok ke Ponpes di Dusun Pulosari Desa Sukosari Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tercatat 28 orang.
• Termakan Isu Kiamat, Puluhan Warga Umbulsari Jember Ikut Mondok ke Kasembon Malang
• Heboh Isu Kiamat, Sejumlah Warga Jombang Jual Rumah untuk Boyongan ke Pesantren di Kasembon Malang
Sebagian besar berasal dari Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari, dan beberapa dari Desa Gunungsari Kecamatan Umbulsari.
Sebagian besar jemaah berangkat pada 6 Maret lalu, atau dua hari menjelang 1 Rajab dalam penanggalan tahun Hijriyah.
Mereka akan mondok selama 90 hari atau tiga bulan. Namun di sisi lain, beberapa jemaah melontarkan tentang isu kiamat yang bakal terjadi di bulan Ramadhan nanti.
Karenanya, mereka memilih mondok ke Kasembon, dan sebelumnya menjual sejumlah asetnya untuk modal ke sana.
Menurut Fauzi, hanya ada delapan kepala keluarga (KK) yang aktif mengikuti pengajian yang berafiliasi dengan Ponpes itu.
Pemimpin pengajian di Umbulsari bernama Ustad Ahmad Mudasir.
Kelompok pengajian bernama 'shalawat Musa AS' itu sudah berjalan dua tahun di desa tersebut.
"Memang kegiatannya tertutup, tapi ya tidak ada masalah selama dua tahun ini. Baru beberapa saat ini ada desas-desus mau kiamat, sampai akhirnya ada yang resah. Bahkan saudara saya sendiri ada yang mau ikut kesana karena isu kiamat itu," kata Fauzi.
Dari desanya, ada satu KK yang seluruh keluarganya berangkat ke Malang.
Lainnya hanya kepala keluarga, bersama istri, atau hanya sang kepala keluarga saja.
Sampai pertemuan dengan keluarga jemaah digelar di Balai Desa Umbulsari, Kamis (14/3/2019) sore, terdata ada 28 orang dari Kecamatan Umbulsari yang mondok ke Kasembon.
Kapolsek Umbulsari AKP Sunarto menambahkan, pihaknya mengumpulkan keluarga jemaah itu menyusul keresahan yang terjadi di kalangan keluarga.
• VIRAL Isu Kiamat, Gubernur Khofifah Pernah Temui Fenomena Serupa: Sesederhana Itu Alasannya
• Isu Kiamat, Begini Kondisi Pondok Pesantren di Kasembon yang Dijadikan Tempat Singgah Warga Ponorogo
Sebab beberapa keluarga ditinggal oleh sang kepala keluarga.
"Juga ada beberapa yang sampai menjual aset sawah dan bengkelnya. Sampai menimbulkan keresahan," kata Sunarto.
Polisi, kata Sunarto, masih meminta keterangan dari satu pihak, yakni pihak keluarga jemaah yang masih berada di Umbulsari.
Nantinya pihaknya akan meminta keterangan dari jemaah yang berangkat ke Malang termasuk dari sang pemimpin kelompok pengajian, Ustad Ahmad Mudasir.
"Ya kami menunggu kedatangan mereka, ya 90 hari terhitung sejak 6 Maret lalu. Mereka mondok selama 90 hari," ujar Sunarto.
Senada dengan keterangan Fauzi, Sunarto mendapatkan penuturan dari keluarga jemaah tentang isu kiamat yang bakal terjadi bulan Ramadhan.
• Polres Batu Selidiki Penyebar Isu Kiamat, Imbau Masyarakat Tak Telan Mentah Informasi yang Beredar
• Terungkap Sosok Penyebar Isu Kiamat yang Bikin 52 Warga Jual Tanah dan Rumah Murah, Cuma Rp 20 Juta
Beredar kabar di kalangan mereka jika meteor akan jatuh di Jember.
Mendengar keterangan itu, Sunarto sampai melontarkan pernyataan balik 'kalau di Jember ada meteor jatuh dan kiamat, apa di Malang tidak juga kiamat'.
Pernyataan itu dia lontarkan untuk membuka logika pemikiran keluarga tersebut.
Pihaknya berjanji akan meminta keterangan silang (kroscek) terhadap jemaah yang sekarang sudah berada di Malang.
"Dan kalau ada yang merasa dirugikan, bisa melapor ke kami. Sejauh ini kami tampung aspirasinya karena masyarakat resah," pungkas Sunarto.
Beberapa waktu terakhir, isu kiamat bakal terjadi di bulan Ramadhan nanti menjadi viral di media sosial dan pemberitaan media.
Berawal dari eksodusnya 52 orang warga Kabupaten Ponorogo ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadi'in di Kasembon, Malang. Mereka mondok ke Malang karena isu kiamat tersebut.
Sementara pengasuh Ponpes itu, Romli Soleh Syaifudin menuturkan lembaganya memiliki program 'Menyongsong Meteor' tentang 10 tanda-tanda kiamat, salah satunya hantaman meteor di bulan Ramadhan.
Tetapi dia membantah telah mengeluarkan fatwa bahwa kiamat akan terjadi di bulan Ramadhan.
Jemaah Ponpes itu disilahkan mondok di tempat itu, memang dengan membawa bekal sendiri.
"Saya tidak memberi fatwa kiamat, yang saya sampaikan ini adalah waspada meteor. Selama itu kita memperbanyak dzikir sampai selesai Ramadan," kata Romli seperti dilansir Surya (grup TribunJatim.com) pada Kamis (14/3/2019). (Surya/Sri Wahyunik)