Dindik Kota Malang Akan Berlakukan Sehari Pakai Bahasa Jawa dan Pakaian Daerah di Sekolah
Sebanyak 275 guru kelas dari SD negeri dan swasta di Kota Malang mengikuti bimtek bahasa daerah selama dua hari.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Arie Noer Rachmawati
"Ini sebagai kegiatan awal nguri-nguri budaya," kata dia.
Zubaidah juga menyarankan guru juga harus banyak membaca referensi Bahasa Jawa. Wawali Kota Malang mengapresiasi rencana itu.
"Saya kira tepat sekali kalau ada kegiatan sehari berbahasa Jawa dan berpakaian Jawa," kata dia.
Tinggal bagaimana menjalankan komitmen itu agar bisa terlaksana secara terus menerus.
Ia juga mengusulkan agar bahasa Malangan atau walikan juga diajarkan.
Dikatakan, dengan perkembangan teknologi, siswa bisa menyampaikan cerita dalam bahasa Jawa atau Malangan lewat vlog.
Pembelajaran dari luar sekolah itu pasti menarik siswa. Apalagi kemudian ditayangkan lewat youtube.
"Jika siswa banyak yang membuat vlog mengenai itu, maka bisa menjadi berita positif buat dindik," kata dia.
Misalkan siswa bikin vlog dengan orangtua ke taman, belajar antri beli tiket kereta api atau ke pasar tradisional melakukan tawar menawar dalam bahasa daerah.
"Dengan teknologi, konten yang dibuat mampu menyimpan selama 25 tahun lewat google," kata Sofyan.
Jika makin banyak yang mencari, maka akan terus teratas dan memberi citra baik di publik.
Bagi siswa juga bisa bikin cerita di vlog menonton bola dengan memakai bahasa Malangan.
Bahasa Malangan, jelas dia, juga sebagai identitas. Kemanapun pergi, jika ada yang memakai bahasa itu, pasti tahu jika dari Malang.
Dikatakan, belajar bahasa Jawa apalagi yang jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari, maka guru perlu strategi.
Sebab bahasa Jawa di mapel lebih mengarah ke Solo atau Jogja. Di Malang, bahasa itu jarang dipakai.