1 Tahun Bom Surabaya
Cerita Polisi Pengadang Motor Pelaku Bom Surabaya, Dikira Temannya Sudah Mati Karena Satu Hal
Briptu Ahmad Muaffan adalah penghadang motor milik teroris di Surabaya. Tubuhnya saat itu sampai bersimbah darah.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Januar
Pasca satu tahun peristiwa bom Surabaya, Briptu Ahmad Muaffan Alaufa mengaku masih kerap merasakan dengung pada telinganya.
Polisi yang menjadi korban saat peristiwa bom di Polrestabes Surabaya ini mengalami luka di bagian telinga, gigi dan kepala bagian belakang.
"Gigi depan saya hancur dua, kepala bagian belakang dapat empat jahitan. Gendang telinga saya pecah dan telinga sebelah kiri bengkak," kata Briptu Muaffan, Sabtu (11/5/2019).
Pria kelahiran Blitar, 2 Agustus 1994 ini mengaku, paska satu tahun peristiwa bom Surabaya ia masih kerap merasakan dengung pada telinganya.
Terutama saat dirinya kedinginan.
"Telinga kalau kondisi dingin agak mendengung, (rasanya) pecah," kata Muaffan.
Polisi yang akrab disapa Affan ini mengaku telah mendapat perawatan untuk penyembuhan luka maupun pemulihan psikis dari kejadian tersebut.
"Kalau trauma Alhamdulillah banyak dapat dari elemen LSM memberi bantuan pemulihan traumatik saya. Alhamdulillah nilai traumatik saya masih rendah karena saat kejadian saya tidak lihat karena hitungan detik (ledakan bom) saya pingsan," katanya.
Dari kejadian tersebut, Muaffan bersyukur dirinya masih terselamatkan diantara kekhawatiran rekan-rekannya.
Sebab, Muaffan yang saat itu menjaga portal gerbang Polrestabes sempat menghadang langsung motor pelaku hingga akhirnya bom meledak.
"Ini resiko kerjaan kita dan saya sangat bersyukur masih diberi kesempatan hidup. Allah masih memberi kesempatan," ujar Affan.
"Kalau tidak dihadang di depan, justru menuju kantor SPKT yang banyak pelayanan, banyak orang yang akan kena imbas," tambahnya.
Muaffan berharap, pada peringatan satu tahun peristiwa bom Surabaya tersebut kejadian serupa tidak lagi terulang.
"Saya berharap Surabaya lebih aman, tidak ada kejadian itu lagi. Cukup terakhir dan masyarakat Surabaya tidak perlu trauma," pungkasnya.