1 Tahun Serangan Bom Surabaya
Setahun Kepergian Daniel Agung Korban Serangan Bom Surabaya, Sang Kakak Masih Tak Menyangka
Sudah satu tahun, Daniel Agung Putra Kusuma pergi meninggalkan dunia. Sang kakak pun masih tidak menyangka menghadapi peristiwa tersebut.
Penulis: Hefty Suud | Editor: Arie Noer Rachmawati
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hefty's Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sudah satu tahun, Daniel Agung Putra Kusuma pergi meninggalkan dunia.
Remaja kelahiran 2003 itu, tewas di usia 15 tahun saat berusaha menghadang mobil pelaku bom bunuh diri di Gereja Pante Kosta pada Mei 2018.
Satu tahun pasca kepergiannya, TribunJatim.com kembali berkunjung ke kediaman Daniel yang berada di daerah Dukuh Kupang.
Pertama kali memasuki rumahnya, foto Daniel tampak ditempel pada dinding yang posisinya berhadapan lurus dengan pintu rumahnya. Di foto itu, Daniel tampak duduk di tumpukan batu besar.
• 2 Ornamen Santo Jadi Saksi Kenangan Peristiwa Ledakan Bom Surabaya di Gereja Santa Maria Tak Bercela
• Satu Tahun Peristiwa Serangan Bom Surabaya, GKI Diponegoro Pilih Tak Lakukan Peringatan Khusus
Di foto yang tertempel tanpa pigora itu, di sekelikingnya tampak diberi tempelan dekorasi dinding berbentuk kupu-kupu.
"Itu foto terakhinya, kalau nggak salah itu waktu dia retret bareng gereja ke Kakek Bodo," ujar Novi, kakak perempuan Daniel.
Diakui Novi, foto dan hiasan itu sengaja ditempelnya untuk mengenang sang adik.
Ia pun menempel foto-foto Daniel lainnya di kanan dan kiri dinding ruang tamu.
"Itu juga fotonya Daniel pas TK. Dulu itu foto buat hiasan pohon natal, iseng saja sekarang saya tempel di sana," paparnya.
Mengenang satu tahun kepergian adiknya yang waktu itu baru berusia 15 tahun, Novi mengatakan tidak pernah menyangka akan menghadapi kejadian teraebut.
"Waktu dikasih kabar ada bom meledak dan adik saya jadi korban, saya sempet nggak percaya. Saya waktu itu berpikir, nggak mungkin, pasti bukan Daniel, dia pasti sembunyi di suatu tempat," kata Novi.
Satu pekan pasca kepergiannya, Novi pun masih tidak percaya.
Novi berdoa, dalam doanya Novi mengatakan baru akan percaya kalau adiknya telah meninggal, apabila ia hadir dalam mimpinya.
"Sayangnya mimpi saya terkabul. Di mimpi saya, saya melihat dia persis seperti bagaimana peristiwa yang dikatakan banyak orang. Namun dalam mimpi saya, sebelum bom meledak, ia teriak manggil saya, Mbak!!!" cerita Novi.
Malam sebelum kejadian bom bunuh diri di gereja tempat adiknya bekerja menjaga parkiran itu, Novi mengatakan, Daniel sempat bercerita banyak hal padanya.
"Daniel itu anaknya tertutup. Tapi malam itu dia cerita banyak hal, soal ayah, soal teman-temannya, soal apapun yang ditemuinya. Sampai nangis dia cerita itu, saya rangkul dia, saya tanya dia kenapa, tapi dia nggak jawab," paparnya.
Seingat Novi, satu minggu sebelum kejadian itu, Daniel pun sempat mengatakan sesuatu yang tidak biasa ia katakan pada neneknya.
Daniel bilang, "Mari ditinggal kok ditinggal lagi ti, lek tak tinggal sak lawase yoopo?"
Padahal, imbuh Novi, sang nenek memang kerap kali pergi ke luar kota untuk mengikuti kegiatan gereja.
Namun, sebelumnya, tak pernah sekalipun Daniel berkata demikian.
Novi tak pernah mengira, hal-hal tidak biasa yang dilakukan adiknya, adalah pertanda kepergiannya.
Sampai saat ini pun, Novi mengaku masih sering sebal apabila mengingat keputusan sang adik.
• Satu Tahun Peristiwa Ledakan Bom Surabaya, Monik Kenalkan Sosok Bayu ke Anak Lewat Media Foto
• Tidak Ada Anggapan Buruk pada Keluarga Pelaku Bom Surabaya, Warga Bersikap Biasa
"Saya bangga atas keberaniannya. Cuma kalau boleh jujur, ya saya sebal juga kenapa dia bertindak seberani itu, kan jadinya sekarang saya cuma berdua sama nenek," ujarnya.
Sepeninggal Daniel, menurutnya rumah jadi lebih sepi.
Neneknya adalah yang paling sering sendiri di rumah, sebab Novi juga harus bekerja di luar.
"Kalau dulu kan Daniel pagi di rumah, siang dia berangkat sekolah, sore sudah pulang. Jadi nenek lebih ada temannya di rumah. Kalau sekarang enggak, ada temannya ya cuma pas saya pulang kerja, kadang sore kadang malam. Jadi kadang kalau saya main sama teman-teman, nenek saya ajak juga," cerita Novi.