Harga Garam Terpuruk, Puluhan Ribu Ton Garam Rakyat Hasil Panen Petani di Kalianget Sumenep Mangkrak
Terpuruknya harga garam saat ini membuat puluhan ribu ton garam hasil panen petani di Kalianget Sumenep mangkrak.
Penulis: Moh Rivai | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, MADURA - Dalam bulan-bulan terakhir ini, pemandangan di sepanjang jalan Desa Karang Anyar dan Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Sumenep, dihiasi oleh pemandangan tumpukan puluhan ribu garam rakyat hasil musim panen garam 2019 ini.
Ini terjadi lantaran garam rakyat saat ini, selain karena harga garam rakyat sangat murah, juga karena tidak ada pedagang hasil garam yang membeli garam rakyat.
Hingga akhrinya petani garam sengaja membiarkan hasil garamnya di pinggir jalan dengan hanya ditutupi kain terpal dan rumah-rumah gedek.
Sumarwi (37), petani garam asal Desa Pinggir Papas, kepada Surya (grup TribunJatim.com) menuturkan, tidak dijualnya hasil garam petani, karena semakin hari harga garam semakin merosot.
• Kirim Surat ke Kemendag, Baddrut Tamam Minta Harga Garam Pamekasan Minimal Rp 1200 per Kilo
Bahkan hingga harga garam sangat terpuruk. Terlebih lagi, saat ini sulit pedaganh pembeli garam sehingga banyak hasil produksi garam rakyat terbengkalai tak terbeli.
‘’Kita sudah pasrah, dan mau bagaimana lagi, kalau memang tidak ada yang mau beli. Kami terpaksa menumpuk hasil garam kami di pinggir jalan karena kami juga tidak punya gudang penyimpanan garam,’’ kata Sumarwi, Kamis (1/8/2019).
Dikatakan, harga garam rakyat saat ini ada yang hanya dibeli Rp 50 ribu perkilogram atau Rp 500 ribu perton, itupun untuk yang berkualitas bagus.
Sedang bagi garam yang kualitasnya rendah, tidak ada yang mau beli dengan alasan hasil garamnya tidak layak untuk kebutuhan bahan pangan apalagi industri.
• Petani Garam di Pamekasan Sambat Harga Sewa Lahan Tambak Mahal, Bupati Baddrut Tamam Angkat Bicara
‘’Harga ini sangat tidak layak dan malah merugi bila dibandingkan dengan ongkos produksinya. Makanya buat apa dijual mas, mending dilihat saja tumpukannya di pinggir jalan ini,’’ kata Sumarwi.
Ditambahkan, merosotnya harga garam rakyat, karena selama ini pemerintah selalu mendahulukan impor garam daripada membeli garam rakyat.
Hal itu terbukti dari terus berlangsungnya impor garam yang masuk ke dalam negeri.
Apalagi harga garam impor lebih rendah dari harga garam rakyat sehingga para pengusaha yang selama ini membutuhkan garam rakyat, malah berpaling ke garam impor yang dianggap lebih menguntungkan.
‘’Sudah tidak berdaya lagi petani garam rakyat mas, mending kita usaha kerja lain. Karena jika kita hanya bergantung ke garam, kita bisa mati kelaparan,’’ pungkasnya.
• Petani Garam di Tuban Sambat Bandingkan Harga Garam Tahun Lalu Vs Sekarang Anjlok: Kita Ingin Stabil
Di lain pihak, PT Garam Persero Kalianget Sumenep mengakui, hingga pertengahan 2019 ini belum bisa menyerap dan membeli garam rakyat.
Alasannya, saat PT Garam belum mempunyai gudang penyimpanan garam hasil pembelian ke garam rakyat.