Dirjen Hortikultura Puji Petani di Kulon Progo yang Sukses Menanam Cabai di Lahan Pasir Laut
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto kagum melihat kreatifitas para petani di kulon progo khususnya di sepanjang Pantai Parang Trisik.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Melia Luthfi Husnika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM, SURABAYA - Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto kagum melihat kreatifitas para petani di kulon progo khususnya di sepanjang Pantai Parang Trisik.
"Saya kagum melihat hamparan cabai bisa tumbuh di lahan berpasir laut," katanya, dalam rilis yang di terima TribunJatim.com, Jumat (9/8/2019) Sore.
Hal yang menggembirakan adalah ketika melihat langsung benar adanya bahwa cabai bisa tumbuh di lahan berpasir.
"Satu pohonnya bisa menghasilkan 2 kg cabai," imbuhnya.
• Kementerian Pertanian Persiapkan Arah Pembangunan Hortikultura Indonesia Periode 2020-2024
Penuh antusias, Dirjen yang akrab dipanggil Anton ini melihat satu per satu tanaman. Seakan tidak percaya, di bawah sinar matahari pekat dan lahan berpasir, komoditas pedas ini mampu mewarnai lahan yang hampir disebut sulit ditanami tersebut.
“Ini luar biasa ya, dengan bermodalkan pupuk kandang kotoran ayam dan air, cabai bisa tumbuh subur di sini. Bahkan bisa mengisi pasar Jakarta,” ujar Anton semangat.
Di lain pihak Ketua Kelompok Tani Sidodadi Ngatimin mengatakan, bahwa panen ini memasuki panen yang ke 12
“Cabai hasil panen disini hasilnya bagus dan ukuran buahnya besar-besar. Tiap harinya kami bisa kirim hingga ke lima titik di Jakarta. Pokoknya hasilnya berlimpah,” ujar Ketua Kelompok Tani Sidodadi Ngatimin.
• Kementrian Pertanian Sebut Ekspor Benih Produk Hortikultura dari Indonesia Meningkat Tajam
Ngatimin juga bercerita bahwa umur tanaman cabainya dalam 75 hari sudah dapat dipanen.
"Petani sekitar juga disiplin untuk mengganti komoditas tanamannya apabila sudah 12 sampai 15 kali panen. Mereka menjaga betul komitmen ini sebagai upaya memutus siklus hama," imbuh Ngatimin.
Tidak hanya sekedar bertanam, Ngatimin bersama petani lain juga mengembangkan benih lokal. Upaya ini dilakukan agar petani mandiri dan tidak ketergantungan produksi benih yang dijual di pasaran.
Tak berlokasi jauh dari areal Ngatimin, Anton kembali menyambangi petani yang tengah menyirami tanamannya. Secara spontan dirinya mencicipi air yang digunakan untuk menyiram sebidang lahan. Ajaibnya, air tersebut tidak asin.
“Kembali kita harus bersyukur. Di lahan yang 10 tahun lalu terbengkalai, tumbuh subur cabai. Mulai dari cabai rawit hingga cabai keriting. Airnya pun berlimpah dan meski dekat bibir pantai, ini air tawar,” lanjut Anton berkata
"Saya terharu, anugerah Allah ternyata luar biasa, lahan berpasir yang sangat miskin unsur hara ternyata bisa bermanfaat buat masyarakat disekitar sini,