Ritual Larung Sesaji di Pantai Tambakrejo Peringati 1 Muharram, Kepala Sapi Diibaratkan Rojo Koyo
Puluhan nelayan Pantai Tambakrejo melakukan ritual tahunan Larung Sesaji untuk peringati 1 Muharram.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Puluhan nelayan di Pantai Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Senin (2/8/2019) siang kemarin, menggelar ritual tahunan.
Yakni, Larung Sesaji, yang diselenggarakan setiap tanggal 1 suro atau 1 Muharram.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara itu selain dihadiri para nelayan, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, juga dihadiri para pejabat.
Seperti acara siang kemarin, dihadiri M Rijanto, Bupati Blitar, para pejabat Pemkab Blitar, Kompol Darmono, Kabag Sunda (sumberdaya), Sarman, wakil Adm Perhutani Blitar, Santoso, Plt Walikota Blitar, dll.
• Meriahnya Perayaan Imlek di Kampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya, Tata Sesaji Hingga Tari Kipas
Seperti biasanya, acara itu diawali dengan tarian, yang berlangsung di tepi pantai.
Seusai sambutan oleh M Rijanto, dan Santoso, Kades Tambakrejo, acara baru dilanjutkan dengan membakar dupa.
Artinya, bau wewangian itu, buat mengantarkan sesaji kepada para leluhur.
Yakni, para nenek moyang, yang telah membuka wilayah pantai selatan tersebut.
"Ini sebagai rasa syukur warga nelayan yang setiap hari mencari nafkah di pantai sini. Sebagai bentuk syukur kami, hari ini kami melakukan ritual," ujar Santoso, Kades Tambakrejo.
• Labuhan Gunung Kombang di Pantai Ngliyep Malang, Mengintip Uniknya Prosesi Larung Sesaji
Bentuk rasa syukur itu, mereka melarungkan sesaji ke laut.
Yakni, seekor kepala sapi, dinaikkan ke atas perahu, bersama gunungan nasi, gunungan buah.
Dan, dilengkapi sayur-sayuran, seperti kacang panjang, wortel, dll.
Itu ditata dengan bentuk seperti gunungan juga.
Setelah semuanya dinaikkan ke atas perahu, sekitar 24 nelayan juga ikut naik.
Mereka engantarkannya ke tengah laut.
Saat perahu mulai berjalan ke tengah, itu diiringi dengan alunan musik gending jawa.
• Larung Sesaji di Telaga Ngebel Akhiri Grebeg Suro dan Festival Reog di Ponorogo
Sementara, warga bersama para nelayan yang tak ikut melarung, hanya menunggu di tepi pantai.
Selanjutnya, perahu yang membawa sesaji itu berjalan ke tengah laut, hingga tak terlihat dari tepi.
"Di tengah laut itu, sesaji yang sudah disiapkan di atas perahu itu, selanjutnya dilarung. Sekitar 30 menit kemudian, rombongan pembawa sesaji itu sampai di tepi pantai kembali," ujar Santoso.
Kenapa harus kepala sapi, bukan kepala kambing, misalnya?
Menurut Santoso, karena kepala sapi itu diibaratkan kepala raja kekayaan.
• Uang Sesaji yang Dilarung Nilainya Fantastis, Warga Saling Berebut di Puncak Perayaan Kasada
Maksudnya, sapi itu rojo koyo atau raja kekayaan.
"Makanya, mempersembahkan itu supaya rejeki kami, bisa melimpahruah," pungkasnya.
Sementara M Rijanto, Bupati Blitar, yang memimpin acara Larung Sesaji itu mengatakan, acara ritual tahunan seperti ini diharapkan mampu jadi salah satu daya tarik wisatawan, untuk datang ke Kabupaten Blitar.
Karena itu, ia berharap agar acara seperti itu tiap tahun bisa dikemas kian baik sehingga bisa jadi andalan wisata Kabupaten Blitar.
"Biar orang lain mau datang, ya harus dikemas kian menarik. Sebab, itu jarang dimiliki daerah lain, sehingga bisa mendatangkan pendapatan buat warga," ujar Rijanto. (Surya/Imam Taufiq)
• 1 Muharram, Gubernur Khofifah Tanam Pohon Matoa di Masjid Al Akbar, Simbol Persaudaraan Jatim-Papua