Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

6 Fakta Semburan Lumpur Bau Gas di Kutisari Surabaya, Disebut Warisan Belanda, Beda dengan Lapindo?

6 fakta semburan lumpur berbau gas di Kutisari Surabaya, Ahli Geologi langsung turun: warisan Belanda!

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM/NUR IKA ANISA
6 fakta semburan lumpur bau gas di Kutisari Surabaya, disebut warisan Belanda, beda dengan lapindo? 

3. Ahli Geologi ITS Turun Tangan

Tim Ahli geologi Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya turut memantau semburan lumpur mengandung minyak dan gas di Kutisari Indah Utara III no 19 Surabaya.

Ahli geologi ITS Amin Widodo mengatakan, daerah Kutisari merupakan bagian dari Jawa Timur Utara yang memiliki cekungan minyak gas sejak kolonial Belanda.

"Di Surabaya ini sudah ada lapangan minyak milik belanda sejak zaman 1800an. Itu ada di Krukah, Wonokromo, Kutisari, ini sampai ke Gunung Anyar," kata Amin Widodo di lokasi munculnya lumpur minyak, Selasa (24/9/2019).

4. Mengandung Karbon dan Belerang

Ahli geologi ITS Amin Widodo mengatakan kandungan lumpur mengandung minyak tersebut berbahan karbon bukan gas metan.

"Kalau bahan yang minyak lantung itu statusnya kalau diminum bahaya," kata dia.

Amin menyebut sejak kolonial Belanda hingga saat ini masih terdapat aktifitas pengeboran minyak.

Namun bukan hal tersebut yang diduga menjadi pemicu munculnya lumpur mengandung minyak dan gas di Kutisari Indah Utara III Surabaya.

"Sekarang pun masih ada pengeboran kira-kira satu kilometer dari sini ada yang ngebor. Ditimba model kayak di Bojonegoro itu, dimasukan pipa gitu," kata dia.

Pihaknya berharap pihak-pihak terkait dapat memonitoring status dan pengukuran munculnya lumpur minyak tersebut.

"Kami harap ada monitoring, kalau ditutup itu bukan rekomendasi takutnya pindah (muncul di tempat lain)," tutup Amin.

Terpisah, Eko Agus Supriyadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, menyebut, pihaknya telah memasang alat monitoring udara di rumah dinas milik PT Classic Prima Carpet itu.

Setelah hasilnya muncul, ia menduga semburan lumpur tersebut mengandung belerang.

"Tapi saya sudah pasang alat untuk monitoring udara di sana, ya memang melebihi baku mutu ya, mengandung belerang kayaknya itu," ucapnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved