Kilas Balik
Cerita Heroisme Kopassus di Hutan Belantara, Ngotot Tak Akan Menyerah ke Belanda Walau Lengan Hancur
Yang terlihat hanya gundukkan hitam yang ternyata adalah hutan belantara dengan pepohonan menjulang tinggi bagaikan raksasa. Malapetaka pun menimpa.
Penulis: Ignatia | Editor: Melia Luthfi Husnika
“Pohonnya tinggi sekali,” kenang Sahudi.
Hari sudah mulai siang dan badan pun mulai letih karena tidak makan.
Tidak mau mati konyol di atas pohon, Sahudi mulai mengayunkan payung agar bisa meraih dahan terdekat.
Berkali-kali ia coba namun sebanyak itu pula ia gagal.

Tanpa disadarinya, karena terus bergoyang, payungnya mulai merosot dari pohon.
Sampai akhirnya lepas dan Sahudi pun terpental ke pohon sebelum terhempas di tanah dengan punggung jatuh lebih dulu.
Ia merasakan sakit tak terperikan di punggung, membuatnya nyaris tidak bisa bergerak.
Baru kemudian ia sadari bahwa tulang punggungnya patah!
Tak jauh dari tempatnya jatuh, ia melihat rekannya KU I J. Dompas yang terluka dan Pratu Margono dari RPKAD mengalami patah kaki.
Mereka bermalam di situ selama beberapa hari, dan mendapat bantuan dari penduduk setempat.
• Terjawab Tujuan Soeharto Selalu Cari Anggota Kopassus Berkaki Satu, Bertempur Habis-habisan di Papua
Siang itu Belanda mulai mencium kehadiran pasukan gabungan.
Gara-garanya setelah pesawat Belanda yang melintas, pilotnya melihat parasut bertaburan di puncak-puncak pohon.
Karena itu Belanda pun mengirim sejumlah polisi yang umumnya direkrut dari putra asli Irian untuk mengecek kebenarannya.
Untunglah ada penduduk berbaik hati mengabarkan bahwa ada polisi datang.
“Tuan besar datang, tuan besar datang,” kata mereka. Malam itu juga Sahudi dan kedua rekannya meninggalkan kampung kecil itu. Karena sedang sakit, Margono hanya bisa merangkak, sementara Sahudi tertatih-tatih.
