Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kakek di Mojokerto Pernah Jadi Romusha Jaman Jepang di Usia Muda, Kerjakan Gua Sendi

Saat wartawan Surya berkunjung di rumahnya di Dusun Sumber Glagah, Desa Tanjung Kenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Minggu (20/10/2019).

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Yoni Iskandar
istimewa
Dokumentasi Majapahit Study Club saat napak tilas Gua Puthuk kursi di desa Sendi 

TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Lamun (87), kakek yang lahir pada tahun 1922 ini masih bisa berkomunikasi dengan baik. Meskipun banyak hal yang dilupakan lantaran faktor umur, dirinya tetap mencoba mengingat masa pendudukan tentara Jepang di Mojokerto.

Saat wartawan Surya berkunjung di rumahnya di Dusun Sumber Glagah, Desa Tanjung Kenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Minggu (20/10/2019). Lamun tidak mempunyai foto atau dokumentasi saat ia bekerja sebagai Romusha (tenaga kerja paksa masa penjajahan jepang).

Saat menjadi Romusha, Lamun masih berusia 20 tahun. Kakek yang hanya menempuh pendidikan Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar) selama tiga tahun tersebut merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

"Waktu itu saya jadi Romusha ditugaskan sebagai tenaga kasar untuk membanguna Gua di daerah Sendi. Saya lupa tentara jepang membangun gua untuk apa. Apakah sebagai tempat persembunyian atau tempat mengatur strategi," terangnya Minggu (20/10/2019).

Untuk upah kerja, lanjut Lamun, dirinya tidak mendapatkan sepeser pun. Saat melakukan pekerjaanya, Lamun diawasi oleh mandor pribumi.

Guru di Gresik ini Bersyukur Motornya Bisa kembali, Usai Dibawa Kabur Pencuri

Tutup Gelaran Surabaya Fashion Week 2019, Enam Designer Kreasikan Motif Ciri Khas Indonesia

Diduga Korsleting Listrik, Tiga Rumah di Bojonegoro Ludes Terbakar

"Dikasih makan sama minum. Jaman dulu pakaian saya dari karung goni. Selama bekerja saya cuma di dalam gua. Jadi udaranya lembab," ungkapnya.

"Ada banyak tentara jepang membawa samurai tapi nggak mengawasi romusha cuma jaga dari kejauhan,"imbuhnya.

Lamun juga menjelaskan, rumah di era pendudukan tentara jepang berjumlah sedikit. Selain itu, tidak ada barang elektronik, penerangan serta banyak sekali hutan dan tanah kosong menjadi hal lumrah bagi masyarakat sekitar.

"Dulu juga tidak ada kendaraan buat muat angkut bahan bangunan. Jadi para romusha harus naik turun buat angkat dan mengantar bahan bangunan sambil diawasi tentara jepang," kenang kakek yang pernah menikah sebanyak 11 kali.

Guna memenuhi kebutuhan sehari hari. Lamun membuka usaha pom mini dan toko kecil kecilan di rumahnya.

Sementara itu, Ega, salah satu anggota komunitas Majapahit Study Club menuturkan, gua yang dibangun oleh Lamun beserta para Romusha bernama Gua Puthuk Kursi

"Gua itu bentuknya ada banyak ruangan. Jadi seperti labirin. Gua itu berlokasi di Desa Sendi," ujarnya Minggu (20/10/2019).

Namun, lanjut Ega, gua tersebut masih belum diketahui kegunaannya. Sehingga masih bersifat misteri.

"Di dalam Goa itu ada simbol simbol bahasa jepang. Dugaan sementara apakah gua itu digunakan sebagai tempat persembunyian tentara atau tempat persembunyian harta karun masih misteri," ungkapnya.(Febrianto/Tribunjatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved