Bocah 4 Tahun Tewas Minum Obat di Madiun
Balita 4 Tahun di Madiun Meninggal Setelah Minum Obat, Jawaban Dinkes: Mungkin Klinik Langgar SOP
Menurut dr Soelistyo Widyantono, klinik Klinik Wahyu Husada kemungkinan tidak menjalankan standar operasional prosedur.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, dr Soelistyo Widyantono, mengatakan, pihaknya akan melakukan supervisi ke Klinik Wahyu Husada di Desa Dimong, Kecamatan/Kabupaten Madiun.
Di klinik Klinik Wahyu Husada, seorang pasien yang masih balita bernama Muhamad Noval Muhtarom (4), diduga mengalami alergi obat, hingga meninggal dunia.
Anak pasangan Sadikan (38) dan Tarmiati (40) warga RT 13/ RW 02, Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun ini meninggal dalam kondisi kulit tubuh seperti melepuh di bagian tangan, dada, wajah, dan punggung, pada Rabu (4/12/2019) kemarin pagi.
"Nanti sebentar lagi. Bukan memanggil ya, kita supervisi ke sana, ini sudah ada suratnya, mungkin besok ke sana.
Bagaimana kejadiannya, kronologinya seperti apa," kata dr Soelistyo Widyantono kepada wartawan, saat dikonfirmasi Kamis (5/12/2019) siang.
• Tangisan Orang Tua Siswi SMA Mojosari Mabuk Asyik Berjoget di Kafe, Sedih Tahu Video Putrinya Viral
Menurut dr Soelistyo Widyantono, klinik Klinik Wahyu Husada kemungkinan tidak menjalankan standar operasional prosedur.
Sebagaimana mestinya yang memeriksa pasien berobat ke klinik adalah dokter, bukan perawat.
Dalam kasus ini, Muhamad Noval Muhtarom pertama kali diperiksa oleh perawat di klinik, kemudian diberi resep dokter setelah perawat berkonsultasi dengan dokter yang saat itu tidak berada di lokasi.
"Itu memang seharusnya yang memeriksa dokter. Jadi yang seharusnya memeriksa adalah dokter.
Di puskesmas pun yang memeriksa dokter, itu tuntutan BPJS gitu, yang meriksa harus dokter," kata dr Soelistyo Widyantono.
• Berat Sabu 0,240 Gram, Dua Pria Pengangguran Dituntut Jaksa Enam Tahun Penjara

dr Soelistyo Widyantono mengatakan, selain itu apabila terjadi reaksi alergi atau efek samping lain terhadap pasien setelah mengonsumsi obat, dokter sebaiknya menghentikan pemberian obat dan mencari tahu penyebab alergi atau efek samping yang muncul.
"Gini, kalau sudah tahu itu alergi, obat-obat yang diberikan itu, kalau saya sebagai dokter lho ya, obat-obatan yang diberikan di stop.vKalau secara ilmu kedokteran, kalau misalnya ditemukan suatu alergi, obat-obatan yang diberikan distop, sudah. Dicari, ini alerginya karena apa, obat apa yang menyebabkan alergi," ungkapdr Soelistyo Widyantono.
dr Soelistyo Widyantono menuturkan, sesuai aturan klinik yang buka atau melayani pasien 24 jam, juga harus menyediakan dokter 24 jam. Sehingga, apabila ada pasien yang berobat, ditangani dokter bukan perawat.
"Klinik itu dibuka, itu harus ada dokter penanggungjawabnya to, kalau klinik itu buka 24 jam, ya dokternya 24 jam, artinya tiga shift. Seperti di UGD, itu harus ada dokternya. Jadi kalau kliniknya buka 24 jam, dokternya juga 24 jam. Apalagi dia sudah kerjasama dengan BPJS. Meski di situ dokternya cuma tidur kalau tidak ada pasien, intinya dia harus standby," jelasnya.
• Kasus Dugaan Penipuan Jual Beli Emas, Terdakwa Eksi Broker PT Antam Divonis 3 Tahun 10 Bulan Penjara
Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan supervisi guna mengetahui kronologi kejadian yang menyebabkan meninggalnya seorang balita ini.
"Jadi kita bisa tahu apakah ada prosesdur yang salah, nanti akan kita bina dulu. Semoga ini kejadian yang terakhir, dengan ada kejadian ini, bisa menjadi pelajaran semua klinik, terutama di Kabupaten Madiun," imbuhnya.
Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun belum bisa memastikan penyebab kematian balita yang berusia 4 tahun, Muhamad Noval Muhtarom.
Namun, berdasarkan pengamatan dari luar, kemungkinan Muhamad Noval Muhtarom mengalami sindrom Stevens-Johnson (Suatu darurat medis, ini sering merupakan reaksi terhadap obat atau infeksi)
"Nggak tahu, itu harus diteliti lebih lanjut. Tapi, kemungkinan itu Stevens Jhonson, kalau lihat gambarnya.
Tapi saya belum tahu wujudnya (secara langsung), tapi kalau dari fotonya, kemungkinan adalah Stevens Jhonson," tambahnya.
Sejauh ini, Kabupaten Madiun mempunyai empat klinik swasta yang melayani masyarakat Kabupaten Madiun.
• Samsuri Alias Kancil Cabuli Anak Tetangga di Bengkel, Pameri Film Dewasa pada Korban yang Masih ABG

Diberitakan sebelumnya, Muhammad Noval Muhtarom meninggal diduga akibat kesalahan dalam pemberian obat.
"Tadi pagi, kami mendapat laporan dari Kades Nglambangan, ada anak yang meninggal. Dugaan sementara, anak ini sakit panas, kemudian diperiksakan di Klinik Wahyu Husada, kemudian diberi obat, setelah minum obat, timbul bintik-bintik, kulitnya melepuh kecil-kecil," kata Kapolsek Wungu, AKP Nugroho, saat ditemui di rumah duka, Rabu (4/11/2019) pagi.
Karena sakitnya semakin parah, orangtua korban kemudian membawa Muhammad Noval Muhtarom kembali ke Klinik Wahyu Husada.
Sepulang dari klinik, luka melepuh di Klinik Wahyu Husada korban semakin membesar.
"Kemudian, hari Senin (2/12/2019), korban dibawa ke RS Santa Clara. Pada Rabu (4/12/2019) pagi, sekitar pukul 04.00, korban dinyatakan sudah meninggal dunia," katanya.
AKP Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu Tim Inafis Polres Madiun untuk melakukan identifikasi luka pada korban.
Sementara, orangtua korban, Heri melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Madiun.
"Kami belum bisa menyimpulkan, masih menunggu proses dari Tim Inafis Polres Madiun, saat ini sedang meluncur ke sini," imbuhnya.
• Terbongkarnya Sindikat Pembuat Uang Palsu Senilai Rp 650 Juta di Jember, Sudah Beredar ke Masyarakat
Sementara itu, kakek korban, Samiun (57) mengatakan, cucunya awalnya mengalami demam. Setelah itu, orangtua korban membawanya ke klinik Wahyu Husada, Desa Dimong, Kecamatan Madiun.
"Awal sakit Sabtu (30/11) sakit oanas, hari Minggu (31/11/2019) dibawa ke klinik jam lima pagi. Sampai rumah, dikasih obat, nggak ada reaksi, pukul 14.00 WIB dibawa ke klinik lagi, dikasih obat lagi, malah keluar bintik-bintik di sekitar mulut. Kemudian dibawa ke sana lagi, hari Senin (1/12/2019) dibawa ke klinik, di suruh ngaamar, dari pagi jam 12.00 hingga 18.00 diinfus di sana. Tapi sakitnya semakin parah, kemudian dicabut, dibawa ke RS Santa Clara," katanya.
Dia menuturkan, berdasarkan cerita ibu korban, hampir separo kulit tubuh korban melepuh. Separo badan, mulai perut ke atas hingga wajah melepuhn
"Kulitnya, melepuh, kalau dipegang kulitnya mengelupas. Bagian dada depan gosong, di punggung juga melepuh," katanya.
Tarmiati (40) tak kuasa menangis, saat almarhum puteranya Muhammad Noval Muhtarom (4) dibopong keluar dari rumahnya untuk dimakamkan.
• Seri B Kompetisi Kapal Api Persebaya 2019, Kemenangan Sasana Bhakti Harus Sirna di Masa Injury Time
Ibu dua anak ini berteriak histeris, dan nyaris pingsan saat mendengar suara kalimat tauhid dibacakan melalui pengeras suara oleh ustaz diikuti warga yang melayat ke rumahnya yang berada di Dusun Gempol RT 12/RW 02 Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun
Sementara itu, ayah korban, Sadikan (38) tampak bersedih, tatapan matanya kosong.
Sadikan berusaha tetap tegar saat melihat jasad sang anak dibawa ke pangkuannya.
Sebagaimana yang telah diberitakan, seorang balita bernama Muhammad Noval Muhtarom (4) warga RT 13/RW 02, Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun meninggal dunia.