Mahasiswa Ubaya Kreasikan Ampas Tebu Jadi Anyaman Suvenir, Dibikin Seperti Mainan Tradisional
Mahasiswa Ubaya mengkreasikan ampas tebu menjadi anyaman suvenir. Dibikin seperti mainan tradisional.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Arie Noer Rachmawati
“Layangan yang biasanya dimainkan sebagai hiburan masyarakat Aceh setelah musim panen ini berbentuk elang dan paling banyak digemari oleh remaja maupun dewasa,” lanjutnya.
• Mahasiswa Ubaya Ciptakan Quka, Belajar Matematika dan Kimia Lebih Mudah dengan Augmented Reality
Proses pembuatan satu karya produk membutuhkan waktu selama dua hari.
Awal pembuatannya dilakukan dengan mengeringkan ampas tebu terlebih dahulu di tempat yang teduh.
“Proses ini dilakukan untuk menghilangkan air tebu dan mengurangi bau tidak sedap pada produk,” jelasnya.

Setelah itu, ampas tebu yang awalnya berwarna hijau akan berubah menjadi warna putih gading.
Ampas tebu mulai dipilih serta ditipiskan dengan alat potong sehingga memiliki ukuran tinggi dan ketebalan yang sama untuk dianyam menjadi bentuk permainan tradisional daerahnya.
Bahan tambahan yang digunakan selama proses pembuatan adalah kawat dan lem agar produk terlihat kokoh dan berdiri tegak.
• Pendapat Ahli dari Guru Besar Ubaya Patahkan Argumen Terdakwa Kasus Dugaan Pemalsuan Akta Otentik
Satu karya produk yang dibuat Wenny Friskillia dibanderol dengan harga Rp 250.000 per buah.
“Jika ditotal secara keseluruhan maka pengerjaan lima karya ini membutuhkan waktu 10 hari. Tantangan tersulit yang dihadapi adalah harus sabar menipiskan dan memotong ampas tebunya. Ukuran yang dibuat harus sama, agar tidak patah saat dianyam,” kata Wenny.
Guguh Sujatmiko, Dosen Pembimbing Tugas Akhir mengungkapkan karya Wenny tidak hanya mengurangi limbah ampas tebu.
Produk Nebu juga mengedukasi masyarakat terkait permainan tradisional khas Indonesia.
• Mahasiswa Farmasi Ubaya Buat Kreasi Makanan dan Minuman Kekinian dari Bahan Tanaman Obat
Melalui produk ini, informasi terkait permainan tradisional Indonesia yang dibuat dapat dilihat pada latar belakang produk.
“Saya berharap banyak mahasiswa FIK Ubaya bisa terus berinovasi membuat karya produk yang tidak hanya memiliki nilai estetika dan mengasah kreativitas,"
"Namun juga bisa memanfaatkan limbah sebagai produk yang bernilai jual dan memberikan solusi bagi lingkungan di masyarakat,” pesan pria yang juga Ketua Program Studi Desain Produk FIK Ubaya. (Sulvi Sofiana)