Wujudkan Kemajuan Ekonomi Desa, Pemkab Pamekasan Presentasikan Desa Tematik di Jepang
Upaya Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam untuk memajukan desa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa di Pamekasan terus dilakukan.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Elma Gloria Stevani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Muchsin Rasjid
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN – Upaya Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam untuk memajukan desa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa di Pamekasan terus dilakukan.
Kali ini Bupati Baddrut Tamam akan mempresentasikan konsep pembangunan Desa Tematik, di Nagoya University Jepang, pada Maret 2020 mendatang.
Sebab konsep Desa Tematik yang ditujukan untuk memajukan sektor ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dianggap sebagai antitesa konsep one village on product yang sudah semakin global, sehingga Nagoya University Jepang, mengundang Baddrut Tamam memaparkan konsepnya ini.
“Ini merupakan bentuk penghargaan bagi Pamekasan. Dan kami diundang ke Nagoya University untuk mempresentasikan konsep ini di sana. Nantinya tidak hanya dipresentasikan, melainkan juga akan diuji. Sebab konsep ini dianggap sejajar dengan konsep Gubernur Haici, China,” ujar Baddrut Tamam, Minggu (26/1/2020).
• Golkar Masukkan Nama Gus Hans Dalam Negosiasi Koalisi di Pilkada Surabaya 2020
• FAKTA Baru Investasi Bodong MeMiles, Ari Sigit Akan Kembalikan Uang Rp 3 Miliar dari PT Kam and Kam
• Kesan Pemain Film ‘Mangga Muda’ Tentang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
• Mangga Muda, Film Komedi Menyegarkan yang Disutradarai Girry Pratama akan Tayang 23 Januari 2020
Menurut mantan Ketua Komisi E DPRD Jatim periode 2014 – 2019 lalu, Desa Tematik yang ditargetkan seluruhnya tercapai pada tahun 2020 merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat, mulai dari bawah dengan menggerakkan desa agar mempunyai tema dan program unggulan untuk menggali potensi yang dimiliki setiap desa.
Setiap desa tentu memiliki potensi, sehingga harus digali dan dikembangkan dengan maksimal.
Misalnya potensi pertanian, potensi wisata, potensi, potensi ekonomi.
Dan bagi seluruh kepala desa (Kades) di Pamekasan, termasuk tokoh masyarakatnya hendaknya mampu mendefinisikan tentang potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di desa itu.
Setelah masing-masing desa itu sudah bisa menggali potensinya, maka hendaknya disampaikan dalam forum grup diskusi (FGD) untuk dibahas bersama.
Selanjutnya, di dalam diskusi itu, ditopang dengan dana desa (DD) dan anggaran dana desa (ADD).
Untuk menentukan Desa Tematik, tentu disesuaikan dengan potensi yang dimiliki setiap desa.
Seperti Desa Klampar, Kecamatan Propo, yang dikenal sebagai sentra penghasil batik, maka tematiknya Desa Batik.
Begitu juga di satu desa itu terkenal dengan wisatanya yang sudah dikelola dengan baik dan memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar, maka bisa jadi Desa Wisata dan Edukasi.
Bupati Baddrut Tamam menegaskan, setiap desa penting memiliki tema.
Sebab selain mampu mengangkat desanya menjadi lebih maju, mempermudah bagi Pemkab Pamekasan, mengucurkan dana pendamping untuk desa-desa itu (Desa Tematik.Red).
• Mengenal Kapal Selam Alugoro, Alutsista Buatan Anak Negeri dengan Teknologi Berkelas Dunia
• Disidang Kasus Pencabulan Anak Pacar, Bos Karaoke di Surabaya Bantah Dakwaan Jaksa
“Kami mengakui, selama ini masih terdapat beberapa kendala yang membuat sejumlah desa belum bisa menemukan identitas temanya. Sebab masyarakat masih sulit bagaimana mendefinisikannya. Desa saya ini, desa apa ya, tema yang tepat apa ya. Untuk membantu desa yang sudah memiliki potensi itu, kami berikan pendamping akademisi bersama dewan riset daerah,” papar Baddrut Tamam.
Baddrut Tamam menggambarkan dengan digalinya pontensi desa di Pamekasan, maka ia berharap nanti, salah satu keinginannya tas buku yang dibawa siswa ke sekolah di Pamekasan, bukan lagi menggunakan tas buatan luar Pamekasan, melainkan tas sekolah hasil kerajinan masyarakat Pamekasan.
Untuk memujudkan bagaimana masyarakat di desa itu bisa membuat tas sekolah berkualitas, pihaknya tidak akan mendatangkan pemateri tenaga pembuat tas ke Pamekasan, memberikan pemaparan dalam waktu dua atau tiga hari, tapi pihaknya akan mengirim beberapa orang untuk dididik langsung di tempat kerajinan tas itu.
Setelah bisa membuat tas, ditarik untuk mengajarkan dan mempraktikkan di sini.
Penulis: Muchsin Rasjid
Editor: Elma Gloria Stevani