Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ali Imron: Cukup 2 Jam Cuci Otak Orang Jadi Teroris, Yakin WNI Eks ISIS Dipulangkan ke Indonesia?

Ramai kabar pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia, simak penuturan Ali Imron terpidana kasus bom Bali tentang kasus terorisme yang pernah dialaminya.

Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Januar
Kolase Twitter @jokowi dan YouTube KOMPASTV
Presiden Joko Widodo (sebelah kiri) dan Ali Imron terpidana kasus bom Bali tahun 2002 (sebelah kanan) 

TRIBUNJATIM.COM - Pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia memang masih menjadi perdebatan.

Seperti diketahui, pemerintah menyebut tengah mempertimbangkan wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) mantan ISIS.

Presiden Jokowi hingga saat ini masih berpendapat menolak kepulangan WNI.

Hingga kini, Presiden Jokowi masih berpendapat untuk menolak memulangkan WNI eks ISIS.

Kelakuan Tak Manusiawi ISIS Dibongkar Eks Simpatisan, Wanita Jadi Pabrik Anak: Mereka Pembohong

Namun, Jokowi menyebut langkah lebih lanjut akan dirapatkan terlebih dahulu.

"Ya kalau bertanya kepada saya (sekarang), ini belum ratas (rapat terbatas) ya. Kalau bertanya kepada saya (sekarang), saya akan bilang tidak (bisa kembali). Tapi, masih dirataskan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020) dilansir Kompas.com.

Jokowi menyebut, pemerintah masih memerhitungkan berbagai dampak pemulangan WNI eks ISIS.

Jokowi Ogah Pulangkan WNI Eks ISIS ke Indonesia, Mahfud MD: Bisa Jadi Virus Baru Terorisme di Sini

Baik dampak positif dan negatifnya, akan dibahas Jokowi melalui rapat terbatas.

Jokowi masih ingin mendengar pandangan masing-masing menteri terkait dalam wacana pemulangan tersebut.

Hal itu juga disampaikan Jokowi dalam akun Twitter-nya @jokowi Kamis (6/2/2020).

Curhat Pedih Ibu di Solo, Ingat Nasib Anak Dibawa Kabur Gabung ISIS, Kini Hamil Tua, Nikah Diam-diam

Pernyataannya masih sama, yakni Jokowi secara pribadi tidak ingin memulangkan mereka.

"Soal WNI eks organisasi ISIS yang dikabarkan hendak kembali ke Tanah Air, para wartawan bertanya ke saya: bagaimana dengan mereka yang telah membakar paspornya.

Kalau saya saja sih, ya saya akan bilang: tidak.

Tapi tentu saja, ini masih akan dibahas dalam rapat terbatas," tulisnya.

Dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV, sejauh ini belum ada keputusan yang diambil pemerintah soal pemulangan Warga Negara Indonesia, mantan anggota kelompok teroris ISIS ke tanah air.

Presiden Joko Widodo bersama pemerintah RI masih harus mendiskusikan banyak hal lewat rapat terbatas. 

Pemulangan WNI eks ISIS masih menuai pro dan kontra.

Jarang Terekspos ke Publik, Perilaku Wanita ISIS Dibongkar Eks Simpatisan, Disebut Jauh dari Islami

Polemik pemulangan WNI eks ISIS
Polemik pemulangan WNI eks ISIS (YouTube KOMPASTV)

Pernyataan Presiden Jokowi pun menyatakan tidak karena belum adanya ratas.

"Kalau bertanya kepada saya, ini belum ratas ya. Kalau bertanya kepada saya, saya akan bilang tidak," tegas Jokowi

"Rapat terbatas atau ratas dibutuhkan untuk menghitung dan mengumpulkan data dari sejumlah Kementerian dalam mempertimbangkan keputusan,

sampai saat ini masih dalam proses pembahasan, dan sebentar lagi akan kita akan putuskan kalau sudah dirataskan,

semuanya masih dalam proses, plus dan minusnya, kita kan semuanya harus dihitung, dikalkukasi, plus minusnya, dan masih dibahas dalam rapat." imbuh Jokowi

Cukup Dua Jam untuk Memprovokasi Seseorang Menjadi Teroris

Ali Imron, terpidana kasus bom Bali tahun 2002
Ali Imron, terpidana kasus bom Bali tahun 2002 (YouTube KOMPASTV)

Terpidana kasus Bom Bali, Ali Imron, mengaku kecewa jika masih banyak masyarakat dan aparat pemerintah yang menganggap enteng penyebaran paham radikalisme saat ini.

Tidak peduli berapa pun jumlahnya, sedikit atau banyak, kelompok teroris akan selalu bergerak menyebarkan pemahamannya.

Menurut terpidana seumur hidup itu, hanya butuh waktu dua jam untuk menanamkan paham radikal pada seseorang, memprovokasinya menjadi seorang teroris dan siap melakukan aksi bom bunuh diri.

Ali Imron, Eks Kombatan Jamaah Islamiyah Ungkap Komentar Netizen di Medsos yang Disukai Teroris

"Teroris itu sedikit atau banyak akan terus bergerak dan menyebarkan pemahamannya. Tidak lama untuk memahamkan seseorang, cukup 2 jam, memprovokasi sampai siap bunuh diri," ujar Ali saat menjadi narasumber acara Rosi bertajuk 'Cerita Mantan Teroris' yang ditayangkan KompasTV, Kamis (8/6/2017) malam.

Ali mengatakan, kelompok-kelompok teroris biasanya menyitir ayat-ayat suci Al Quran untuk mencuci otak orang-orang yang akan direkrut.

Para perekrut itu mengatakan, syariat jihad dalam artian perang merupakan perintah Allah.

Aliansi Indonesia Damai (AIDA) Dorong Pemerintah Beri Kompensasi untuk Korban Terorisme

Mereka selalu menekankan keutamaan jihad dan selalu menegaskan bahwa seseorang yang berjihad akan mati syahid.

Orang-orang yang direkrut, kata Ali, biasanya sudah memiliki basis pengetahuan tentang jihad.

"Tinggal diarahkan, dipoles dan dibelokkan," kata dia.

Warga Kota Madiun Temukan Puluhan Amunisi dan Senjata, Polisi Sebut Tak Ada Kaitan dengan Terorisme

Ali berpendapat, untuk mengatasi persoalan tersebut dibutuhkan ketegasan dari aparat penegak hukum.

Dia mengatakan, polisi seharusnya menindak tokoh-tokoh yang melakukan ceramah keagamaan dengan mengkafirkan orang-orang di luar kelompoknya karena berpotensi menjadi pintu masuk ajaran radikalisme.

"Harus ada hukum yang menjerat itu, ceramah yang mengkafirkan orang. Ini jelas berbahaya," kata Ali.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved