Pengiriman Masker dari Tulungagung ke Hongkong Naik 2 Kali Lipat, Molor 7 Hari Baru Sampai Tujuan
Kelangkaan masker di Hongkong dan Taiwan berdampak langsung pada volume pengiriman barang dari Tulungagung ke Hongkong.
Penulis: David Yohanes | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Kelangkaan masker di Hongkong dan Taiwan membuat para pekerja migran asal Tulungagung minta kiriman dari tanah air.
Hal ini berdampak langsung pada volume pengiriman barang dari Tulungagung ke Hongkong dan Taiwan.
Menurut Kepala Kantor Pos Tulungagung, Yanuar Pribadi Utomo, sebelumnya tidak pernah ada kiriman barang berupa masker dari Tulungagung ke negara tempat para pekerja migran itu.
• Nekad Menikah saat Merebak Virus Corona, Ribuan Pasangan di Korea Ikuti Nikah Massal Bermasker
Namun pada Januari 2020 terdapat pengiriman barang berupa masker, sekitar 100 kiriman.
Sedangkan pada Februari 2020 kiriman masker meningkat menjadi 200 kiriman.
"Khusus untuk barang berupa masker, ada kenaikan kiriman hingga dua kali lipat," terang Yanuar, Selasa (11/2/2020).
Namun tidak ada kiriman ke Hubei, di mana kota Wuhan berada karena kebijakan pemerintah pusat.
Seluruh kiriman barang ke Hubei diberhentikan sementara.
Bantuan masker hanya boleh untuk wilayah lain selain Hubei, serta untuk negara-negara lain di sekitarnya.
• Penyakit Misterius Muncul di Tengah Wabah Virus Corona, 15 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia
"Kami yang ada di daerah asal TKI aktif menginformasikan, bahwa kami siap membantu pengiriman barang," sambung Yanuar.
Diakui Yanuar, saat ini ada peningkatan pengiriman masker dari seluruh wilayah Indonesia.
Akibatnya ada penumpukan barang di bandara, sebelum dikirim ke negara tujuan.
• Benarkah Virus Corona Sudah Ada di Indonesia? Menkes Tanggapi Ketakutan Harvard, Kita Sudah Teliti
Dampak langsung yang dirasakan waktu pengiriman juga molor hingga dua hari.
"Kiriman kami kan menggunakan EMS, rata-rata butuh waktu 4-5 hari. Tapi sekarang bisa 7 hari baru sampai ke negara tujuan," ungkap Yanuar.
Meski dalam kondisi darurat, sampai saat ini belum ada kebijakan khusus untuk mempermudah pengiriman bantuan masker.
• Alat Deteksi Virus Corona Ada di Unair, Keakuratan sampai 99%, Pemeriksaannya dari Dahak
Biaya yang dikenakan untuk pengiriman bantuan ini masih normal, seperti harga komersial pada umumnya.
Sebelumnya para pekerja migran asal Indonesia mengeluh karena kesulitan mendapatkan masker.
Jika ada harganya menjadi sangat mahal, sekitar Rp 200.000 per box berisi 50 lembar.
• Kelangkaan Masker Dimanfaatkan Penipu Online Tulungagung, Barang Tak Dikirim Seusai Uang Ditransfer
Padahal dalam kondisi normal harga satu box masker hanya Rp 25.000.
Kondisi ini diperburuk karena ada pedagang online yang memanfaatkan situasi.
Mereka memborong barang di apotek dan toko obat, untuk dijual ke Hongkong.
Penulis: David Yohanes
Editor: Arie Noer Rachmawati