Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dinsos Tulungagung Mencatat Ada 15 Anak Jadi Korban LGBT

Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos PPPA dan KB) mencatat ada 15 anak yang menjadi korban pencabulan

Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM/LUHUR PAMBUDI
Hendri, predator seksual anak saat dikeler oleh anggota Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Jatim, Kamis (20/2/2020). 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos PPPA dan KB) mencatat ada 15 anak yang menjadi korban pencabulan oknum LGBT.

Jumlah ini yang terdata selama proses hukum enam terdakwa pencubulan di bawah umur dari kalangan LGBT.

Menurut Kasi Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Dinsos PPPA dan KB Tulungagung, Winarno, ada sejumlah anak yang menjadi korban beberapa tersangka.

“Kesannya diluat jumlah anak yang jadi korban banyak, karena jumlah terdakwanya juga banyak. Padahal ada sejumlah anak yang menjadi korban dari beberapa tersangka,” terang Winarno kepada Tribunjatim.com.

Para korban yang terdata berusia antara 14-17 tahun.

Dari hasil asesmen para korban, mereka selalu mengaku melakukan hubungan seks karena butuh uang untuk hidup.

Namun Winarno mengaku mendalami pengakuan itu, karena dikhawatirkan anak-anak itu butuh untuk pemenuhan gaya hidup.

FAKTA Predator Seksual Anak Ikut di Ikatan Gay Tulungagung, Bubar Tapi Aktif Secara Terselubung

PPDB SMPN 2020 Kota Blitar Jalur Prestasi Dibuka, Sekolah Terima Prestasi Non Akademik-Tes Kemampuan

Hobi Tenggak Sabu Sejak 3 Bulan Lalu Buat Dongkrak Stamina, Tukang Cukur Asal Madiun Dikeler Polisi

Bahkan yang paling dikhawatirnya, mereka sudah menikmati aktivitas seksual yang mereka lakukan.

“Tapi yang pasti, kesimpulan kami anak-anak itu berasal dari kelompok rentan. Mereka diasuk bukan dari keluarga inti,” sambung Winarno kepada Tribunjatim.com.

Dari pemetaan Winarno, kelompok rentan ini salah satunya anak-anak yang ditinggal orang taunya bekerja.

Sebagai salah satu basis buruh migran, kelompok rentan ini menyebar mereka di seluruh wilayah Tulungagung.

Terkait sejumlah anak yang jadi korban beberapa tersangka, Winarno menampik ada jaringan yang menggerakkan mereka.

“Selama ini yang terbukti, komunikasi itu dilakukan personal antara korban dan tersangka. Tidak pernah terbukti ada sebuah jaringan yang menggerakkan anak-anak ini,” tegasnya kepada Tribunjatim.com.

Namun Winarno tidak menampik, jika anak-anak itu saling menjalin komunikasi untuk bertukar data.

Mereka saling memberi tahu, oknum-oknum LGBT yang mau diajak berhubungan seks dan memberi imbalan uang.

Diakuinya, banyak anak-anak ini yang enggan mengakses layanan yang disediakan oleh Unit Layanan Terpadu Perlindungan Sosial Anak Integratif (ULT PSAI).

“Bahkan ada yang berpesan jangan sampai keluarganya tahu. Tapi itu sulit kami lakukan, karena penanganan anak-anak ini harus melibatkan lingkungan sekitarnya, terutama keluarga,” pungkas Winarno. (David Yohanes/Tribunjatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved