Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Wali Kota Risma Cerita Pernah Dapat Beberapa Ancaman Pembunuhan, Ungkap Pelajaran yang Dipetik

Mendapat beberapa kali ancaman pembunuhan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengambil beberapa pelajaran dari kejadian yang dialaminya tersebut.

Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkunjung ke Redaksi Tribun Network di Palmerah, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Risma yang baru saja berulang tahun ke-58 pada Rabu 20 November, memaparkan apa yang telah dicapainya di Kota Surabaya. 

Risma mengambil pelajaran dari ancaman pembunuhan yang ia alami.

Kejadian tersebut dilewati oleh wali kota perempuan di Surabaya ini secara perlahan.

Ia menegaskan, ancaman dan tantangan harus dihadapi. Jangan takut melampauinya.

Terlebih, katanya, banyak yang bisa dilakukan oleh perempuan.

Anggapan perempuan itu lemah harus dipangkas.

"Kita harus berani ambil sikap. Kita masih bisa. Itu pengalaman saya" kata Risma.

Sebelumnya, Risma juga pernah menceritakan pengalamannya mendapat ancaman sebelum menjadi Wali Kota Surabaya.

Hal itu diceritakan Risma dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (23/4/2016).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, niatnya mereformasi birokrasi di Surabaya kerap dijegal. Ancaman pun datang bertubi-tubi atas Risma, bahkan itu terjadi sebelum dirinya menjadi wali kota.

Jawaban Wali Kota Risma Ditanya Gubernur Jateng Kenapa Suka Marah-marah, Ganjar Pranowo: Ya Allah

Risma menangis teringat orangtua saat dihina seperti binatang
Risma menangis teringat orangtua saat dihina seperti binatang (YouTube/KOMPASTV)

"Saya diancam, saya mau dibunuh. Orang marah ke saya, saya dicekek gini, didorong sampai mau ke jendela gitu," ujar Risma dikutip dari artikel Kompas.com yang terbit tahun 2016 silam.

Saat itu, tahun 2002, Risma diangkat menjadi Kepala Bina Pembangunan Kota Surabaya. Ia membuat sistem lelang elektronik.

Tak hanya sistem lelang, Risma juga memperkenalkan sistem lain berbasis elektronik.

Setelah sistem diberlakukan, Risma mulai menerima berbagai teror. Ia diminta menghentikan sistem itu atau dipindahkan.

Tak mempan ancaman kepada dirinya, teror pun menyerang anaknya.

"Diteror telepon gitu. Anak saya diancam dibunuh, saya sampai lapor ke guru anak saya jangan keluar sampai dijemput," kata Risma.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved