Virus Corona di Indonesia
Profil Robert Budi Hartono, Bos Djarum yang Kekayaannya Lenyap Rp 71,3 Triliun karena Virus Corona
Virus Corona yang terus menyebar membuat kekayaan para konglomerat di dunia menurun. Tak terkecuali kekayaan dari Budi Hartono, pemilik Grup Djarum.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Adi Sasono
Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum.
Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran.
Pada tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian.
Setelah Oei meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.
Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri.
Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa.
Djarum saat ini memiliki pangsa pasar yang besar di Amerika Serikat.
Di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi group bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Pada tahun 2009, Djarum bersama dengan rokok kretek lain dilarang di Amerika Serikat.
Hal ini terjadi akibat telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia.
Sebagian berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Pemilik Djarum Budi Hartono kehilangan kekayaan US$ 4,7 miliar per 17 Maret 2020