Virus Corona di Indonesia
Profil Robert Budi Hartono, Bos Djarum yang Kekayaannya Lenyap Rp 71,3 Triliun karena Virus Corona
Virus Corona yang terus menyebar membuat kekayaan para konglomerat di dunia menurun. Tak terkecuali kekayaan dari Budi Hartono, pemilik Grup Djarum.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJATIM.COM - Simak profil dari Robert Budi Hartono, bos Djarum yang kekayaannya lenyap Rp 71,3 triliun karena wabah virus Corona.
Virus Corona yang terus menyebar dan harga minyak jatuh membuat bursa saham dunia dan Indonesia anjlok diyakini membuat kekayaan para konglomerat di dunia menurun.
Tak terkecuali kekayaan para taipan Indonesia juga ikut lenyap triliunan rupiah.
Dikutip dari Kontan, salah satu taipan yang kehilangan kekayaan adalah Budi Hartono, pemilik Grup Djarum.
Bloomberg menampilkan Indeks Bloomberg Billionaires yang merupakan peringkat harian orang terkaya di dunia. Salah satunya kekayaan para taipan asal Indonesia.
Dalam situs Bloomberg itu dituliskan rincian tentang perhitungan yang disediakan dalam analisis kekayaan bersih di halaman profil masing-masing miliarder.
Angka-angka diperbarui pada akhir setiap hari perdagangan di New York.
• Kasus Memiles Terus Berlanjut, Giliran, Widi Hello Diperiksa Sebagai Saksi di Mapolda Jatim
• Gara-gara Wabah Virus Corona, Turnamen Piala Eropa Euro 2020 Diundur 2021, Wacana Sempat Bocor
Menurut data Bloomberg per hari ini, Selasa (17/3/2020) kekayaan Budi Hartono Pemilik Grup Djarum lenyap hingga 4,7 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 71,3 triliun (kurs Rp 15.174 per dollar AS), menjadi tinggal 12,4 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 188,1 triliun.
Data berkurangnya kekayaan Budi adalah data secara year to date atau sejak awal tahun 2020 hingga hari ini menurut pantauan Bloomberg Billionaires Index.
Pada 9 Maret 2020 kekayaan Budi Hartono masih mencapai 15,3 miliar dollar AS atau setara kira-kira Rp 232,1 triliun.
Sementara Prajogo Pangestu yang sempat tertera dalam daftar konglomerat di dunia menurut versi Bloomberg kini sudah tidak ada lagi di daftar.
Demikian pula dengan Michael Hartono, Tan Siok Tjien Pendiri Gudang Garam, dan Prakash Lohia pemilik Indorama. (Kontan.co.id/Azis Husaini)
Profil Robert Budi Hartono

Berikut ini profil dari Robert Budi Hartono melansir dari Wikipedia:
Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, (lahir di Semarang, 28 April 1940; umur 79 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia.
Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan.
Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.
Total kekayaan Robert pada tahun 2019 yang dicatat Forbes mencapai US$ 18.6 miliar menempatkannya sebagai orang terkaya ke-54 di dunia dan orang terkaya no 1 di Indonesia.
• Profil Aisyahrani, Adik & Manajer Syahrini yang Berulang Tahun 16 Maret, Ini Doa Istri Reino Barack
• Imbas Corona, Produksi dan Kinerja Industri Sepatu di Jatim Merosot, Bahan Baku Mayoritas dari China
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA).
Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA.
Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun.
Perusahaan elektronik ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.
Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
Robert sangat menyukai olahraga bulu tangkis.
Bermula dari sekadar hobi, ia kemudian mendirikan PB Djarum pada tahun 1969.
Salah satu pemain bulu tangkis yang berasal dari PB Djarum adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King Smash”.
Robert Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono.
Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.
• 5 Pemain Tampil Cemerlang di Liga 1 2020 Tapi Justru Tak Dipanggil Timnas Indonesia, Siapa Saja?
• VIRAL Cara Kencan Aman di Tengah Wabah Virus Corona ala Wali Kota Risma, 1 Jadi Kunci: Suroboyo Bisa
Djarum
Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum.
Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran.
Pada tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian.
Setelah Oei meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.
Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri.
Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa.
Djarum saat ini memiliki pangsa pasar yang besar di Amerika Serikat.
Di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi group bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Pada tahun 2009, Djarum bersama dengan rokok kretek lain dilarang di Amerika Serikat.
Hal ini terjadi akibat telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia.
Sebagian berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Pemilik Djarum Budi Hartono kehilangan kekayaan US$ 4,7 miliar per 17 Maret 2020