Puncak Musim Kemarau Diprediksi Terjadi pada Agustus, BPBD Jawa Timur Siapkan Droping Air Bersih
Suban Wahyudiono memperkirakan, puncak musim kemarau tahun ini di Jawa timur akan terjadi pada bulan Agustus mendatang.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Jawa Timur, Suban Wahyudiono, mengatakan, Jawa Timur sudah memasuki musim kemarau pada bulan April 2020.
Namun pada bulan tersebut, baru tujuh daerah yang sudah memasuki musim kemarau, yaitu Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, Ponorogo, Bangkalan, Pacitan, dan Magetan.
"Baru pada bulan Juli ini kemarau mulai merata pada 31 kabupaten/kota di Jawa Timur," kata Suban Wahyudiono, Kamis (9/7/2020).
Suban Wahyudiono memperkirakan, puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada bulan Agustus mendatang.
"Kita harus mewaspadai bencana yang berpotensi timbul pada musim kemarau ini, yaitu kebakaran dan kekeringan," ujar Suban Wahyudiono.
Suban Wahyudiono mengatakan, jika melihat data tahun 2019, di Jawa Timur ada 31 kabupaten/kota, 236 kecamatan, 798 desa dan kelurahan yang terdampak kekeringan.
• Alumni RS Lapangan Jawa Timur Minta Masyarakat Hilangkan Stigma Negatif Pasien Covid-19 yang Sembuh
• IDI Jatim Minta Pemerintah Segera Cairkan Insentif Tenaga Medis, Prosedur Administrasi Dipermudah
"Bahkan ada tiga kota yang sebelumnya tidak pernah terdampak kekeringan, tapi pada tahun 2019 malah terdampak. Ketiganya adalah Kota Madiun, Kediri, dan Blitar," ucap Suban Wahyudiono.
BPBD pun saat itu telah membantu dengan melakukan droping air bersih sebanyak 186.750.000 liter yang didistribusikan ke masyarakat.
Untuk menghadapi hal serupa, BPBD Jawa Timur pun, lanjut Suban telah menyusun strategi untuk menghadapi musim kemarau tahun ini.
• Perluasan Layanan ke 19 Daerah, Lumbung Pangan Jatim Jadi Referensi dan Kontrol Harga Sembako
• Mojorejo Jadi Klaster Baru Penyebaran Covid-19 Kota Batu, Terapkan Pembatasan Sosial Berskala Lokal
"Langkah yang pertama adalah harus bekerja keras dalam menurunkan hotspot (titik panas) yang ada. Sedangkan langkah pada jangka pendek yang dilakukan, yakni dengan membuat tandon-tandon air serta droping air bersih," jelasnya.
Untuk jangka menengah, Suban menjelaskan hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat waduk dan membuat sumur bor.
Editor: Dwi Prastika