Limbah Kotoran Sapi di Sungai Makin Menjadi, Ribuan Ikan Koi Warga di Blitar Mati Mendadak
Karena tak juga ada solusi dari pihak pabrik susu dan dinas lingkungan hidup (DLH) Pemkab Blitar,maka pencemaran limbah sepertinya kian tak terkendali
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Karena tak juga ada solusi dari pihak pabrik susu dan dinas lingkungan hidup (DLH) Pemkab Blitar, maka pencemaran limbah sepertinya kian tak terkendali.
Dampaknya, bukan lagi ikan di sungai yang mati namun kini Ikan Koi, yang merupakan budi daya warga atau yang jadi mata pencahariannya, kini tak bisa diselamatkan.
Ribuan ikan koi, yang punya harga jual tinggi itu akhirnya mati mendadak.
• Dishub Kota Blitar Buat Aturan Tata Tertib Bersepeda di Jalan Raya
• Pilwali Blitar, Hasil Rekapitulasi Tahap I, 3 Calon Independen Tak Penuhi Syarat Minimal Dukungan
• Ikut Pantau Kesiapan Tahapan Pilkada di Daerah, Komisi A DPRD Jawa Timur Kunjungi KPU Kota Blitar
Itu dialami oleh 30 warga Dusun Sumberarum, Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi. Mereka adalah para pembudidaya ikan koi, dan ikan Nila.
Dii desa itu, masyarakatnya memang dikenal sebagai pembudidaya ikan koi. Mereka itu biasa menyetorkan ikannya ke Bandung, Semarang, dan Jogyakarta.
Namun, beberapa hari ini, mereka hanya bisa gigit jari karena gagal panen. Penyebabnya, karena ikan koi-nya yang sudah siap dipanen mendadak mati.
Itu karena kolamnya, yang ada di tepi Sungai Genjong itu, tercemar limbah kotoran sapi.
"Memang, selama ini sungai itu sudah tercemar limbah tletong, yang berasal dari pabrik susu, yang ada di atas desa kami (bukit). Namun, selama ini juga belum ada solusi meski sudah tujuh bulan ini sungai itu tercemar," ungkap pria berusia 46 tahun, yang pemilik kolam seluas 6x17 m2 itu.
Dampak dari lambannya penanganan pencemaran limbah itu, tanpa didasari warga, papar pria yang sudah 6 tahun menjalani budi daya ikan koi ini, kolam ikannya juga terkena dampak.
Sebab, selama ini, air kolam warga mengandalkan air dari sungai itu. Itu karena tak ada sumber air lagi, selain air dari sungai itu, yang selama ini sering terjadi pencemaran limbah kotoran sapi.
"Sebenarnya, sudah dua kali ini, para pembudidaya ikan koi, mengalami musibah seperti ini. Saat pertama kali pada awal Februari (2020) lalu. Itu terjadi ketika ada luapan limbah di sungai kami. Yakni, banyak kotoran sapi mengambang di sungai," tuturnya.
Namun, karena tak ada tempat lain, selain hanya punya kolam ikan koi yang ada di tepi sungai itu, maka warga tetap bertahan.
Dengan harapan, kasus dugaan pencemaran limbah itu segera berakhir karena pabrik susu itu sudah diperingatkan oleh Pemkab Blitar. Tak tahunya, ternyata terulang kembali. Terhitung, itu sudah dua pekan terjadi pencemaran kembali.
"Dan, bersamaan itu, beberapa hari ini, semua ikan koi dan nila, mati semua. Akibatnya, pengusaha ikan koi di desa itu, ya gagal panen," ujarnya.
Seperti yang dialami Waluyo (46) ini. Menurutnya, dirinya mengalami kerugian cukup besar atau ratusan juta. Sebab, satu kolam ikan nila-nya atau sebanyak 550 kg, mati semua. Termasuk, ikan koi-nya juga. Yakni, sebanyak 375 ekor ikan koi yang siap panen itu, mendadak mati membusuk.