Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Cegah Kematian Tinggi Pasien Covid-19, Pemprov Jatim Beli 15 Unit HNFC, Joni: Dibagi ke RS Rujukan

Tingginya angka kematian kasus Covid-19 di Jatim kembali menjadi sorotan nasional.

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Sudarma Adi
SURYA/FATIMATUZ ZAHROH
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi, Sabtu (18/7/2020). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tingginya angka kematian kasus Covid-19 di Jatim kembali menjadi sorotan nasional.

Pasalnya kasus kematian kasus Covid-19 di Jatim menempati urutan tertinggi secara nasional.

Menanggapi hal tersebut Ketua Rumpun Kuratif Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo, Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa beberapa pekan ini, pihak Pemprov Jatim telah melakukan penelitian mengapa angka kematian kasus covid-19 terbilang tinggi.

Seleksi Kompetensi Bidang CPNS Pemprov Jatim 2019 Bakal Dilaksanakan Awal September 2020

KPK Puji Capaian PAD Pemprov Jatim Yang Progresif di Tengah Pandemi

"Berdasarkan penelitian kami bersama tim audit terkait kasus kematian pada pasien Covid-19 memang ada hasil bahwa penanganan yang cepat dan tepat menjadi kunci. Jangan sampai pasien mengalami hipoksia akut,” kata Joni, Rabu (5/8/2020).

Kondisi hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan akibat serangan virus SARS-CoV-2.

Kondisi hipoksia tak mesti ditandai langsung dengan sesak nafas. Tapi kondisi ini di awal bisa ditunjukkan dengan gejala gelisah dan tidak tenang atau saturasi oksigen dalam tubuhnya rendah.

“Jadi kita akhirnya kami berkesimpulan upaya untuk mencegah kematian pasien covid-19 adalah dengan mencegah pasien jangan sampai hipoksia berat,” kata Joni.

Oleh sebab itu pasien terkonfirmasi positif covid-19 yang kondisi gejala sedang, berat maupun sedang tetap harus dilakukan close observation atau observasi ketat.

Ada pasien hipoksia tapi tidak merasa kekurangan oksigen. Dia hanya gelisah tapi ternyata saturasi oksigennya di bawah 80. Padahal yang baik saturasi oksigennya diatas 90. Itulah mengapa pasien covid-19 harus tetap dilakukan observasi seperti dipasangi CCTV saat di rumah sakit.

“Kalau memberat baru kita berita berikan terapi High Flow Nasal Cannula (HNFC). Kalau sudah hipoksia berat, baru masuk ventilator angka kematiannya tinggi. Di kita angkanya 74,4 persen yang meninggal dalam keadaan hipoksia akut meski sudah diberi ventilator. Tapi untuk pasien covid-19 yang kita berikan HNFC seratus persen hidup. Jika masih berat kita berikan non invasive ventilation (NIV),” kata Joni.

Dengan hasil penelitian ini dikatakan Joni bahwa pola dalam menangani pasien covid-19 agaknya telah ditemukan.

Oleh sebab itu Pemprov Jatim kini tengah memperbanyak pengadaan HNFC, dan NIV. Pemprov Jatim tengah membeli sebabyak 15 unit HNFC untuk dibagikan ke rumah sakit - rumah sakit rujukan penanganan covid-19 di Jatim.

“Ibu gubernur memutuskan untuk membeli HNFC untuk kita bagi ke RS rujukan. Dari BUMN juga berencana banyak yang bantu. Dari Jakarta kita beli 15, di RSUD Dr Soetomo kita sudah punya 6 unit,” tegasnya.

Lebih lanjut disampaikan Joni bahwa hasil penelitian tentang kematian kasus ini butuh disosialisasikan lebih jauh ke rumah sakit rujukan. Bahwa ternyata kuncinya adalah memberikan HNFC pada pasien sejak ada tanda tanda dini hipoksia.

“Meski pola penanganan suda ditemukan, tapi vaksin belum ditemukan. Maka yang terbaik adalah mengurangi case dan mencegah adanya penambahan kasus,” pungkas Joni.

Sebagaimana ramai diberitakan Jawa Timur mencetak rekor sebagai provinsi dengan kematian kasus covid-18 tertinggi kemarin sore. Hingga kemarin 4 Agustus 2020, kasus covid-19 positif di Jatim ada sebanyak 23.421 kasus, yang sembuh ada 15.877 kasus(67,81 persen), dan yang meninggal dunia 1.781 kasus (7,61 persen).

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved